Diperas Oknum Polisi, Mahasiswi Asal Waru Alami Malam Mencekam, Usai Hadiri Undangan Pernikahan
Namun bukannya dibawa ke kantor polisi, mereka justru diajak berputar-putar ke arah Wonokromo dan Ketintang. “Mereka nggak boleh pegang HP. Anak saya sempat minta izin buat kasih kabar ke saya, tapi malah dibentak. Itu yang bikin saya geram,” ucap Djumadi dengan nada tinggi.
Di Jalan Ahmad Yani, tepatnya dekat Excelso, pemerasan diduga mulai terjadi. Oknum itu menuntut uang Rp 10 juta untuk ‘menyelesaikan masalah’.
Setelah korban menyatakan tak punya uang sebesar itu, nominalnya diturunkan menjadi Rp 7 juta. Namun, saat itu Vanessya hanya memiliki Rp 650 ribu. “Akhirnya anak saya diminta serahkan semua uang itu. Mereka juga dibawa ke minimarket buat tarik tunai dari ATM Rayhan,” tutur Djumadi.
Tak hanya itu, ATM Rayhan pun turut dirampas sebagai jaminan. Mereka bahkan diminta menyediakan sisa uang keesokan harinya pukul 17.00 WIB. Setelah uang dan ATM di tangan, kedua oknum itu langsung menghilang.
Ketika korban menawarkan untuk langsung ke Polda, ajakan itu ditolak mentah-mentah. Merasa ada yang tidak beres, Djumadi segera bertindak. “Saya langsung buat status WhatsApp, share video dan foto yang sempat direkam anak saya secara diam-diam. Alhamdulillah banyak teman polisi yang respon,” ungkapnya.
Berbekal informasi itu, identitas salah satu pelaku diketahui berinisial Bripka H, berdinas di wilayah Surabaya. Djumadi pun segera melaporkan kasus ini ke Propam Polda Jatim pada Jumat (20/6). “Oknum kayak gini harus ditindak tegas. Polisi itu seharusnya melindungi rakyat, bukan malah nakut-nakuti dan memeras,” tegasnya.
Saat ini, kasus tersebut tengah ditangani oleh Bidang Propam Polda Jatim. Barang bukti berupa video, foto, dan keterangan korban telah diserahkan untuk penyelidikan lebih lanjut.
Editor : Aini Arifin