JAKARTA, iNewsSidoarjo.id - Dulu hanya bekerja kuli bangunan, namun siapa sangka kehidupan berputar 180 derajat dan kini menjadi pengusaha es krim Vanesa hingga miliki pabrik sendiri dan ratusan distributor berbagai daerah.
Ya, sosok itulah bernama Sanawi. Kerja keras Sanawi bertahun-tahun menjajahkan es krim keliling membuahkan hasil. Sejak tahun 2010 silam, ia memiliki 400 pengecer. Jumlah tersebut terus meningkat hingga setiap waktunya.
Hingga tahun 2021, Sanawi memiliki 700 mitra dengan 27 sub distributor yang tersebar di Kalimantan, Sulawesi, dan Jakarta. Melalui es krim branding Vanesa itu, dia kini memiliki pabrik es krim di kawasan Kudus, Jawa Tengah.
Dilansir dari iNews.id, kisah sukes Sanawi itu tak lepas dari perjuangan hidup yang jatuh bangun dan cukup lama. Sanawi tidak berasal dari turunan keluarga, tetapi merupakan bentuk kerja kerasanya dari sesorang yang menyandang predikat bukan siapa-siapa. Pasalnya, miliarder itu tidak lulus Sekolah Dasar (SD).
Meski tak memiliki pendidikan formal, Sanawi mampu mengembangkan es krim dengan kegigihan. Berasal dari keluarga kurang mampu, Sanawi kini mampu merasakan hidup serba kecukupan.
Pria kelahiran Blora, Jawa Tengah ini saat masa kecilnya menghabiskan waktu dengan mengembala sapi, persis seperti yang dilakukan ayahnya. Hidup serba pas-pasan membuat keluarga Sanawi saat itu memandang pendidikan bukan satu prioritas. Alhasil dirinya tak bisa membaca dan menulis.
Di umur 16 tahun, merasa tak ada harapan di kampung, Sanawi dan tetangganya memutuskan merantau ke Jakarta dengan modal Rp7.500 hasil penjualan ketela. Nominal tersebut saat itu dianggap cukup untuk mengawali kebutuhan awal di perantauan.
Sayanganya, sesampai di ibu kota dirinya justru ditinggal tetangganya. Dengan berat hati, dia kemudian kembali pulang ke Blora. Seiring waktu berjalan, tekad dan mental Sanawi perlahan terasah. Dirinya memulai kembali untuk pergi sendirian ke Jakarta. Tak peduli aral melintang, dia akhirnya berangkat untuk menemui harapan masa depannya.
Sesampainya di Jakarta, Sanawi bertahan hidup dengan bekerja sebagai kuli bangunan. Namun, kerjaan seperti itu rupanya tidak memberi keberuntungan finansial bagi Sanawi. Jakarta tampaknya belum menjadi kota harapan bagi Sanawi.
Alih-alih pulang ke kampung, Sanawi bersama temannya pindah ke Samarinda, Kalimantan pada 2006. Menyambung hidup di Kalimantan selama setahun tidak serta merta membuat hidupnya berubah. Dengan modal jaringan pertemanan, Sanawi mencoba menghubungi temannya hingga ditawarkan berjualan es krim. Dengan modal Rp60.000 hasil pinjaman kawan, Sanawi mengayuh pedal sepeda untuk menjajalan es krim di sejumlah wilayah kota.
Cucuran keringat kerja keras ternyata membuahkan hasil, dalam sehari ia berhasil mendapatkan uang Rp150.000. Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit merupakan peribahasa yang sekiranya cocok bagi prinsip Sanawi mengelola hasil keuntungan bersihnya.
Dirinya mengaku pantang makan sebelum es krimnya laku. Produk jualan Sanawi kian berkembang setelah dirinya menyisihkan keuntungan penjualan dengan prinsip hidup super hemat.
Dirinya kemudian membeli mobil dan motor untuk operasional usahanya. Seiring kerja kerasnya dalam berjualan es krim, jaringan bisnis Sanawi pun ikut berkembang. Sanawi mulai membangun komunikasi dengan beberapa pengusaha es krim sukses hingga miliki pabril sendiri dan ratusan diatributor.
Artikel ini telah tayang di iNews.id, berikut link beritanya :
https://www.inews.id/finance/bisnis/kisah-sanawi-tak-lulus-sd-hingga-sukses-jadi-pengusaha-es-krim/all
Editor : Nanang Ichwan