Tiga Fragmen Arca Ditemukan di Nganjuk, Diduga Sisa Karesian Masa Hindu–Buddha
Hasil identifikasi sementara menunjukkan, ketiga fragmen itu terdiri atas satu bagian badan arca Dwarapala setinggi sekitar 50 sentimeter tanpa kepala, tangan, dan kaki, satu bagian kepala arca dengan rambut gimbal dan telinga beranting kundala, serta satu fragmen arca penokohan dengan posisi tangan bersedekap di depan dada, mengenakan kain panjang hingga mata kaki.
Fragmen terakhir itu menampilkan detail lipatan kain setengah lingkaran di bagian depan pinggang, ciri busana arca masa klasik yang sering dijumpai pada figur resi atau dewa. Selain ketiga fragmen tersebut, ditemukan pula satu batu berbentuk persegi empat yang diduga sebagai lapik atau alas arca.
Seluruh bagian terbuat dari batu andesit, dengan pahatan sederhana dan permukaan kasar, menandakan pengerjaan lokal atau mungkin hasil karya pada periode akhir klasik Jawa Timur. “Dari bentuk rambut gimbal dan perhiasan telinga, jelas kepala arca itu Dwarapala. Tapi ukurannya lebih besar dari fragmen badan yang ditemukan, jadi kemungkinan bukan satu kesatuan. Sementara arca dengan tangan bersedekap ini masih perlu penelitian lebih lanjut apakah figur resi atau dewa,” ujar Sukadi, anggota Tim Ahli Cagar Budaya sekaligus Humas Kotasejuk.
Sukadi menduga, situs Condro Geni dulunya merupakan karesian, kompleks pertapaan atau kadewaguruan tempat para resi atau pendeta menjalani tapa.
Dugaan itu diperkuat dengan kondisi geografis situs yang berada di ketinggian 1.114 meter di atas permukaan laut, dekat sumber air, dan dikelilingi hutan lereng yang sunyi. “Ciri situs pertapaan biasanya berundak tiga teras, dengan tangga batu penghubung antar tingkat. Pola itu juga terlihat di Condro Geni, meski sebagian struktur sudah tertutup tanah dan semak,” katanya.
Editor : Aini Arifin