Selanjutnya sambung Yulianto, lantas mencari cara bagaimana memastikan seseorang yang dicari kepolisian itu ia tahu. Akhirnya dirinya berinisiatif meminta iuran untuk kegiatan perayaan 17 Agustusan ke rumah yang ditinggali terduga teroris itu.
"Saya punya inisiatif momen 17 Agustus minta bantuan ke situ. Ketemu keluar. Saat itu respon baik istri keluar, yang laki-laki disuruh keluar, ngasihkan uang Rp50 ribu pak polisi itu pulang sama saya," jelasnya.
Warga sekitar mengaku jarang melihat aktivitas terduga teroris yang diamankan oleh Densus 88 Mabes Polri. Bahkan selama tinggal menyewa rumah juga jarang berinteraksi dan tergolong tertutup.
"Selama ini (aktivitas ketiganya) tidak tahu, tertutup orangnya. (Kerja apa) Nggak tahu, ngontrak di sini, yang punya (rumah) orang Jakarta," kata Yulianto.
Bahkan kata Yulianto, penampilan mereka yang diamankan oleh Densus 88 Mabes Polri agak berbeda. Dimana penampilannya yang perempuan mengenakan cadar dan laki-laki berjenggot panjang.
"(Penampilannya) Berjenggot panjang yang suaminya, istri pakai cadar. Tiga orang, satu anaknya," terangnya.
Kepolisian kata dia, juga sudah mencari nama tersebut sepekan lalu. Bahkan ia sempat diminta menunjukkan rumahnya, karena ketika dicek di data penduduk ternyata memang ada nama yang dicari Densus 88.
"Kira-kira seminggu lalu disampaikan (informasi dicari terduga teroris), belum tahu (yang nyari) itu polisi. (Polisi itu datang ke Ketua RT) Minta datanya, ada data warga, yang kebetulan ada datanya yang KTP itu (sama dengan yang dicari)," tutup Yulianto. iNewsSidoarjo
Editor : Yoyok Agusta Kurniawan