Panembahan Madiun kemudian mengizinkan pasukan besar bupati-bupati Brang Wétan untuk pergi dan membiarkan Senopati pindah ke dalam kota. Namun demikian, Senopati tiba-tiba menyerang dan pasukannya berhasil menembus keraton atau kediaman bupati.
Panembahan Madiun kemudian melarikan diri dan meninggalkan putrinya yang cantik, Retno Dumilah.
Meskipun sang putri memiliki keris sakti yang dapat melindunginya, dia begitu dibutakan oleh Senopati Mataram, sehingga menjatuhkan keris itu, menyerah padanya, dan kemudian menjadi istrinya. Sementara itu, saudara laki-laki sang putri, Mas Lontang yang menikah dengan seorang putri dari Pangeran Surabaya, kemudian menjadi Bupati Japan atau kini berubah menjadi Mojokerto.
Siapa yang ditunjuk Senopati sebagai penguasa di Madiun sesungguhnya tidak diketahui. Namun, penerus Senopati, Mas Jolang atau Panembahan séda Krapyak, menunjuk seorang putra saudaranya, Pangeran Mangkubumi, yaitu Bagus Petak, menjadi Bupati Madiun.
Selanjutnya, kisah tentang Madiun saat berada di bawah kekuasaan Sultan Agung, yang bertahta tahun 1613 - 1646, tidak banyak diketahui.
Namun demikian, tampaknya banyak orang Madiun yang turut masuk dalam pasukan Sultan Agung untuk menyerang wilayah ujung timur atau Blambangan, kini Banyuwangi] (pada 1614, 1617, 1622, 1639), Madura pada tahun 1624, dan bahkan dalam pasukan besar yang mengepung Batavia, tetapi gagal menaklukkannya pada 1628 dan 1629 . iNewsSidoarjo
Editor : Yoyok Agusta Kurniawan