Karenanya, warganet menganggap cara Maudy itu tak akan efektif dan menyulitkan pengajar di Tanah Air.
“Memang kalau buat program tuh enak tapi implementasinya yg bakal susah,” kata akun @bea******. “Anak murid 1 kelas 20-30 orang dikali jumlah kelas 5-10 bisa. Minimal 500 jawaban dibaca dan minimal 1 kalimat,” tambah @la*******.
“Maudy Ayunda ngomongin pendidikan Indonesia padahal sekolah aja ga pernah di sekolah negeri,” sambung @ke*******. Menurut Maudy, asesmen yang baik ialah model open ended question atau pertanyaan terbuka, bukan multiple choice.
Dengan kata lain, soal yang sebaiknya disajikan untuk siswa tidak disajikan dengan jawaban pilihan ganda karena bisa mempengaruhi cara belajar mereka.
“Kalau asesmennya open ended question, bukan multiple choice, pasti juga murid belajarnya beda. Guru juga ngajarnya beda,” jelas Maudy.
Sayangnya, ungkapan Maudy Ayunda itu justru membuatnya menuai pro dan kontra para netizen. Tak sedikit warganet mencibir misi Maudy mengingat sistem pendidikan di Indonesia yang mana dalam satu kelas masih diisi puluhan murid. iNewsSidoarjo
Editor : Yoyok Agusta Kurniawan