Dia juga berusaha selalu memenuhi semua permintaan ibunya yang lumpuh itu.
Tapi hanya satu permintaan yang belum dikabulkan dan kesulitan untuk memenuhinya. “Wahai anakku, Uwais ! mungkin aku tidak akan lama lagi bisa bersamamu.
Tolong, ikhtiarkan agar ibu dapat mengerjakan ibadah haji,” kata ibunya. Setelah mendengar permintaan dari ibunya tersebut, Uwais terdiam dan termenung memikirkan caranya agar sang ibu bisa menunaikan ibadah haji.
Jika memakai kendaraan berupa unta maupun keledai jelas tidak mungkin karena tidak punya biaya. Jalan satu-satunya yakni menggendong ibunya dari kota kelahirannya Al Qarn, Yaman meski harus menempuh jarak yang sangat jauh perjalanan menuju ke Mekkah (Yaman ke Mekkah kira-kira 1.119 Km).
Selain itu juga akan melewati padang tandus yang luas dan sangat panas. Setelah berpikir cukup lama mencari jalan keluarnya, kemudian Uwais memutuskan untuk membeli anak lembu dan membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi, Uwais bolak-balik menggendong anak lembu tersebut naik turun bukit.
Bahkan ia sampai disebut gila oleh orang-orang yang melihat tingkah lakunya. Uwais Al Qarni Menggendong Ibunya Setelah delapan bulan berlalu, dan masuk pada musim Haji. Lembu milik Uwais pun beratnya telah mencapai 100 kilogram, begitupun dengan otot Uwais yang semakin kuat.
Ia semakin bertenaga mengangkat barang. Akhirnya orang-orang pun mengetahui maksud dari Uwais menggendong lembunya setiap hari itu ternyata ia sedang latihan untuk menggendong ibunya.
Editor : Yoyok Agusta Kurniawan
Artikel Terkait