BANYUWANGI, iNewsSidoarjo.id – Di tengah tingginya biaya pendidikan, sebuah kisah inspiratif bersemi dari Banyuwangi. Sekolah Banyuwangi Islamic School (BIS), atau yang lebih akrab disebut Sekolah Sayur, menawarkan solusi unik bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu.
Dengan konsep pembelajaran yang menarik dan biaya pendidikan yang fleksibel, sekolah ini menjadi oase harapan bagi generasi muda. Didirikan pada tahun 2005 oleh Muhammad Farid, Sekolah Sayur berdiri di atas lahan seluas 3.000 meter persegi.
Sekolah ini memiliki pendekatan yang berbeda dengan sekolah pada umumnya. Tanpa ruang kelas dan bangku yang kaku, para siswa bebas belajar di musala atau sanggar. Seragam pun bebas, kecuali pada hari Senin dan Selasa.
Konsep unik ini lahir dari keinginan Farid untuk memberikan akses pendidikan berkualitas bagi anak-anak yang tidak mampu. Orang tua siswa dapat membayar uang sekolah dengan berbagai cara, termasuk dengan sayuran hasil kebun mereka. Bahkan, bagi yang tidak memiliki kemampuan finansial, cukup membayar dengan doa.
"Meski kami membebaskan biaya bagi anak didik, namun kualitas pendidikannya tidak kalah dengan sekolah yang lain," tegas pria yang mendapatkan anugerah SATU Indonesia Award 2010 bidang pendidikan itu.
Kurikulum yang menggabungkan pendidikan modern dan pesantren salafiyah memberikan bekal yang komprehensif bagi para siswa. Mulai dari penguasaan bahasa asing seperti Arab, Inggris, Jepang, dan Mandarin, hingga penghafalan Al-Qur'an. Sekolah Sayur tidak hanya fokus pada akademik, namun juga pada pembentukan karakter dan iman siswa.
Penerapan sistem full day school dan boarding school memungkinkan sekolah untuk memberikan pengawasan dan bimbingan yang intensif. Nilai-nilai agama dan moral diajarkan secara terintegrasi dalam setiap kegiatan.
“Sekolah Sayur bukan sekadar tempat belajar, tetapi juga menjadi keluarga bagi para siswanya. Lingkungan yang kondusif dan penuh kasih sayang membuat siswa merasa nyaman dan termotivasi untuk belajar,” tandas Farid.
Editor : Yoyok Agusta Kurniawan