Versi ketiga berada di bukit Desa Oka-Oka, Kecamatan Pulau Laut Kelautan, Kalimantan Selatan. Meski lokasinya berbatasan langsung dengan laut dan cocok dijadikan tempat wisata, namun warga setempat menganggap tempat tersebut angker.
Menurut informasi, Saranjana berasal dari Legenda Kerajaan Pulau Halimun. Dalam legenda tersebut diceritakan Raja Pakurindang memiliki dua orang putra, yakni Sambu Batung dan Sambu Ranjana.
Kedua putra Raja Pakurindang diketahui sering berkelahi. Oleh karena itu, keduanya akhirnya dipisah. Sambu Batung dan Putri Perak diberikan tanah di utara pulau yang menjadi cikal bakal Gunung Sebatung.
Sementara Sambu Ranjana diberi tanah gaib di selatan pulau untuk melanjutkan hidup menutup diri yang akhirnya membentuk Kota Saranjana. Dalam perspektif yang lain juga disebutkan Saranjana merupakan wilayah kekuasaan suku Dayak Samihim yang mendiami daerah timur laut Kalimantan Selatan.
Dipercaya kerajaan tersebut sudah ada sejak 1660-an dan dikepalai oleh Sambu Ranjana. Semua anggota suku masih menganut kepercayaan animisme. Namun, seiring berjalannya waktu Sambu Ranjana beralih jadi Hindu. Namun karena ada perang melawan kekuatan asing, semua warga Dayak Samihim kemudian meninggalkan Saranjana. iNewsSidoarjo
Editor : Yoyok Agusta Kurniawan