Peran ganda sebagai penghancur kendaraan lapis baja dan anti-personel, membuat bom tandan ini disebut DPICM alias dual-purpose improved conventional munition.
Beberapa submunisi diperkirakan dirancang untuk reaksi tertunda atau penolakan mobilitas, jadi amunisi ini berfungsi sebagai ranjau yang baru meledak saat mendapat benturan atau tekanan.
Dikutip dari laman globalsecurity, submunisi atau peledak pada bom tandan DPICM yang digunakan dikenal sebagai M77 yang dibuat di AS. M77 memiliki ukuran dengan diameter 42 mm dan panjang 81 mm. M77 memiliki daya ledakan tinggi sekitar 33 gram TNT/RDX yang mampu membentuk fragmentasi anti-lapis baja.
Mekanisme bahan bakar sederhana dirancang untuk meledak saat terjadi benturan. Jika tidak ada benturan membuat proses ledakan tertunda dan berfungsi menjadi ranjau. Laman globalsecurity menyebutkan amunisi konvensional yang ditingkatkan dengan tujuan ganda atau DPICM ditembakan dari artileri 155 mm saja.
Proyektil ini ditembakkan dengan bahan bakar M577 MT dan diisi dengan 88 granat (submunisi) tujuan ganda. Proyektil DPICM 155 mm berisi dua jenis granat yaitu 64 unit M42 dan 24 unit M46. Kedua jenis mampu menembus lebih dari 2,5 inci baja homogen yang digulung.
Mereka juga mampu melakukan fragmentasi untuk melumpuhkan personel. Selama penerbangan, dasar proyektil diterbangkan dan gaya sentrifugal menyebarkan granat secara radial dari jalur penerbangan proyektil. Fuze M577 MT diatur untuk berfungsi di atas area target dan memulai penyebaran muatan di area dengan radius 200 meter. iNewsSidoarjo
Editor : Yoyok Agusta Kurniawan