Konsep ini membuat aktivitas petik melon terasa seperti agenda rekreasi keluarga. Antusiasme masyarakat pun terus meningkat.
Ahmad, warga Kecamatan Tarik, mengaku datang untuk kedua kalinya bersama keluarga. “Anak-anak senang sekali. Mereka bisa belajar mengenali ciri-ciri melon matang langsung dari pohonnya. Varian seperti Sweet Hami The Blues dan Sweet Lavender juga enak,” tuturnya.
Dari Buduran, Tyaz memutuskan berkunjung setelah melihat unggahan di media sosial. Menurutnya, kualitas dan harga menjadi daya tarik utama. “Harganya cuma Rp30 ribu per kilo. Di luar sana sulit dapat harga segitu, apalagi kalau beli di supermarket,” ucapnya.
Sementara itu, Zainul, warga Candinegoro, yang sudah dua kali berkunjung, menilai kualitas buah menjadi alasan kuat untuk kembali. “Melonnya renyah dan manis sekali. Memang sedikit lebih mahal dari melon biasa, tapi sepadan dengan kualitasnya,” katanya.
Keberhasilan Fatchul menghadirkan pertanian modern sekaligus wisata edukasi ini memperkuat potensi Bendotretek menjadi destinasi agrowisata unggulan di Sidoarjo.
Dengan dukungan masyarakat dan tingginya minat pengunjung, peluang desa ini berkembang sebagai pusat budidaya melon premium semakin terbuka lebar.
Editor : Aini Arifin
Artikel Terkait
