Menghadapi tekanan tersebut, pihaknya berupaya memperkuat daya saing dengan meningkatkan efisiensi dan sistem kerja internal. Rudy mengungkapkan bahwa perusahaan terus berbenah melalui penerapan budaya kerja transparan dan pengembangan sumber daya manusia. "Kami terus berbenah dari dalam. Ada budaya kerja yang kuat dan sistem yang transparan. Setiap karyawan tahu tanggung jawabnya, tahu targetnya. Itu membuat efisiensi berjalan, dan harga bisa ditekan tanpa mengorbankan kualitas," terangnya.
Selain efisiensi, Multimo juga mengembangkan layanan purna jual yang jarang dimiliki produk impor. Menurut Rudy, hal ini menjadi nilai tambah bagi pelanggan, terutama dari sektor perhotelan dan institusi publik. "Kami satu-satunya produsen lokal yang punya service center dan jual spare part. Kalau kursinya rusak, sandarannya bisa diganti. Barang impor tidak bisa seperti itu. Ini salah satu cara kami melawan dominasi produk luar," imbuhnya.
Rudy berharap pemerintah bisa memberikan perlindungan yang lebih kuat terhadap industri dalam negeri. Menurutnya, kebijakan seperti Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebenarnya baik, namun masih sulit diterapkan secara efektif. "TKDN itu bagus, tapi praktiknya di lapangan tidak mudah. Kadang justru importir yang bisa cari cara supaya tetap lolos. Jadi kami berharap pemerintah bisa lebih tegas dan mempermudah pengusaha lokal untuk berinvestasi dan berproduksi," ucap pengusaha mebel yang sudah berkecimpung sejak tahun 80an itu.
Ia juga menyoroti pentingnya keseimbangan antara kebijakan lingkungan dan kebutuhan ekonomi rakyat. "Proteksi itu penting, tapi yang paling penting masyarakat harus punya pekerjaan dulu. Kalau industri dalam negeri mati karena kalah saing, mau proteksi apapun juga percuma," pungkasnya.
Editor : Yoyok Agusta Kurniawan
Artikel Terkait
