Industri Lokal Kian Terjepit, ASMINDO Soroti Serbuan Produk Dumping Asal China

Nanang Ichwan
Rudy Tjokrosuwarno pengurus ASPINDO. Foto:ist

SIDOARJO, iNewsSidoarjo.id - Maraknya produk impor, terutama dari China, dinilai semakin menekan keberlangsungan industri khususnya mebel dan kerajinan lokal di Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Rudy Tjokrosuwarno, pengurus Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (ASMINDO) saat menggelar donor darah di Kantor Multimo, Gedangan, Sidoarjo. Rabu (8/10/2025).

Lebih lanjut Rudy menuturkan, para pelaku usaha mebel di dalam negeri saat ini menghadapi tantangan berat akibat banjirnya barang impor yang dijual dengan harga sangat murah di pasar daring maupun ritel.

Menurutnya, kondisi ini sudah mengancam daya saing industri lokal. "Kalau kita lihat di e-commerce toko orange maupun toko hijau, harganya sudah tidak masuk akal. Barang China itu kebanyakan nyerbu ke sini. Konsumen memang merasa diuntungkan, tapi mereka lupa, saat menikmati harga murah itu, bisa jadi orang tuanya atau saudaranya kehilangan pekerjaan karena industri lokal kalah bersaing," ujar Rudy.

Rudi yang juga Direktur PT Multi Modern Nusantara (Multimo) itu menjelaskan, produk-produk dari Tiongkok bisa dijual murah bukan karena lebih efisien semata, tetapi karena praktik dumping, yakni menjual barang di bawah harga produksi untuk menghabiskan stok. "Mereka di sana sudah produksi besar-besaran. Begitu tren berakhir dan stok menumpuk, dijual miring saja, asal tidak rugi total. Kadang harga modalnya 500 ribu, dijual 250 ribu. Ini yang membuat barang China terlihat sangat murah. Tapi buat kami, pengusaha lokal, itu sangat memberatkan," jelasnya.

Menghadapi tekanan tersebut, pihaknya berupaya memperkuat daya saing dengan meningkatkan efisiensi dan sistem kerja internal. Rudy mengungkapkan bahwa perusahaan terus berbenah melalui penerapan budaya kerja transparan dan pengembangan sumber daya manusia. "Kami terus berbenah dari dalam. Ada budaya kerja yang kuat dan sistem yang transparan. Setiap karyawan tahu tanggung jawabnya, tahu targetnya. Itu membuat efisiensi berjalan, dan harga bisa ditekan tanpa mengorbankan kualitas," terangnya.

Selain efisiensi, Multimo juga mengembangkan layanan purna jual yang jarang dimiliki produk impor. Menurut Rudy, hal ini menjadi nilai tambah bagi pelanggan, terutama dari sektor perhotelan dan institusi publik. "Kami satu-satunya produsen lokal yang punya service center dan jual spare part. Kalau kursinya rusak, sandarannya bisa diganti. Barang impor tidak bisa seperti itu. Ini salah satu cara kami melawan dominasi produk luar," imbuhnya.

Rudy berharap pemerintah bisa memberikan perlindungan yang lebih kuat terhadap industri dalam negeri. Menurutnya, kebijakan seperti Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebenarnya baik, namun masih sulit diterapkan secara efektif. "TKDN itu bagus, tapi praktiknya di lapangan tidak mudah. Kadang justru importir yang bisa cari cara supaya tetap lolos. Jadi kami berharap pemerintah bisa lebih tegas dan mempermudah pengusaha lokal untuk berinvestasi dan berproduksi," ucap pengusaha mebel yang sudah berkecimpung sejak tahun 80an itu.

Ia juga menyoroti pentingnya keseimbangan antara kebijakan lingkungan dan kebutuhan ekonomi rakyat. "Proteksi itu penting, tapi yang paling penting masyarakat harus punya pekerjaan dulu. Kalau industri dalam negeri mati karena kalah saing, mau proteksi apapun juga percuma," pungkasnya.

Editor : Yoyok Agusta Kurniawan

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network