Maulid Nabi Muhammad Tradisi Perayaan Terpopuler di Pulau Jawa, Intip Keseruannya

Ahmad Haidir
Gunungan pada tradisi Grebeg Maulud atau Sekaten (Foto: IG/@garuda.indonesia)

JAKARTA, iNewsSidoarjo.id – Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam merupakan sosok penting dalam lahirnya agama Islam di muka bumi. Ia adalah sosok penting pembawa wahyu untuk menyebarkan ajaran agama Islam sehingga menjadi agama rahmatan lil alamin hingga detik ini.

Tak heran, sosok Nabi Muhammad begitu dicintai oleh umatnya dan di berbagai negara hari kelahirannya pun dirayakan dengan beragam kegiatan meriah.

Perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad lebih dikenal dengan Maulid Nabi, yang dilaksanakan setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam kalender Hijriah.

Perayaan Maulid Nabi Muhammad sudah mengakar di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya Pulau Jawa. Meski ada sejumlah golongan menganggap perayaan Maulid Nabi sebagai perbuatan bid'ah, namun faktanya Maulid Nabi di berbagai daerah di Indonesia semakin banyak yang merayakan dengan caranya masing-masing.

Islam masuk dan menyatu dengan budaya masyarakat setempat sehingga melahirkan berbagai tradisi unik dalam merayakan Maulid Nabi. Selain tradisi, momen perayaan Maulid Nabi yang begitu meriah juga menjadi daya tarik pariwisata.

Berikut MNC Portal sajikan 4 tradisi unik perayaan Maulid Nabi Muhammad paling populer di Pulau Jawa, dikutip dari okzone.com Kamis (28/9/2023) sebagaimana dihimpun dari berbagai sumber;

1. Grebeg Maulud (Sekaten) Tradisi unik pertama yang ada di Pulau Jawa dan sudah sangat terkenal hingga berbagai penjuru wilayah tanah air tentu saja adalah prosesi Grebeg Maulud atau yang disebut juga Sekaten. Prosesi ini dilaksanakan selama seminggu penuh yaitu sejak 5 Rabiul Awal, ditandai dengan berbagai kegiatan seperti permainan gamelan di Masjid Keraton diikuti dengan rangkaian ceramah hingga pembacaan riwayat hidup Nabi Muhammad. Puncaknya adalah diadakannya Grebeg Maulud yakni para pemuka keraton berjalan beriringan diikuti gunungan berupa makanan untuk dibagikan kepada masyarakat. Kegiatan ini juga kini diiringi dengan adanya pasar malam yang diadakan di alun-alun keraton, menjadikan Sekaten benar-benar sebuah hajatan rakyat.

2. Ngalungsur Pusaka Bagi masyarakat Sunda dan sebagian Betawi, momentum Maulid Nabi dirayakan dengan cara membersihkan benda-benda pusaka (ngalungsur pusaka) peninggalan Sunan Rohmat Suci, sosok yang dikenal juga dengan nama Raden Kian Santang. Upacara ritual tersebut biasanya dilakukan oleh warga di Kabupaten Garut, Jawa Barat hingga Banten. Benda pusaka tersebut dibersihkan dan dicuci dengan air berbunga dan digosok dengan minyak wangi agar tidak berkarat.

Selain sebagai upaya menghormati warisan tokoh agama Islam terkemuka di tanah Sunda, prosesi tersebut juga sebagai upaya untuk melestarikan dan mensosialisasikan keberadaan benda-benda peninggalan Sunan Rohmat Suci.

3. Panjang Jimat Selain Sekaten, Panjang Jimat menjadi salah satu tradisi unik masyarakat di Pulau Jawa dalam merayakan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam yang paling terkenal. Betapa tidak, banyak dari wisatawan yang berbondong-bondong datang ke Keraton Cirebon hanya untuk menyaksikan prosesinya.

Panjang Jimat merupakan puncak acara peringatan Maulid Nabi di Cirebon. Prosesi upacaranya digelar pada malam hari sekitar pukul 21.00 WIB, yang ditandai dengan 9 kali bunyi lonceng Gajah Mungkur yang berada di gerbang depan keraton. Suara lonceng tersebut merupakan tanda dibukanya upacara panjang jimat.

Prosesi Panjang Jimat sendiri berisikan arak-arakan kirab yang membawa berbagai benda pusaka milik keraton dari Bangsal Prabayaksa menuju Masjid Agung Kanoman, Cirebon. Prosesi itu dipimpin langsung oleh Pangeran Patih Keraton Kanoman dan telah menjadi parade budaya tersendiri.

4. Kirab Ampyang Sedikit bergeser dari wilayah Yogyakarta dan Solo, warga Kudus juga memiliki tradisi unik dalam merayakan Maulid Nabi yang juga sudah cukup populer di kalangan masyarakat umum yakni Kirab Ampyang.

Serupa tapi tak sama dengan Grebeg Maulud, Kirab Ampyang adalah prosesi pengarakan makanan yang diarak keliling dari Desa Loram Kulon menuju Masjid Wali At Taqwa, Kudus lantas dibagikan kepada masyarakat sebagai bentuk 'ngalap berkah'. Yang berbeda adalah prosesi Kirab Ampyang diiringi juga oleh pameran kesenian, di mana para peserta bisanya menampilkan visualisasi dari tokoh-tokoh agama dan sejarah di Kota Kudus. iNewsSidoarjo

Editor : Yoyok Agusta Kurniawan

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network