Di tengah hujan deras, Ki Ageng Selo yang saat itu tengah bercocok tanam, secara ajaib justru menangkapnya (petir). Petir yang sudah tidak berdaya itu kemudian diikatnya pada pohon gandrik. Hal lain yang membedakan Ki Ageng Selo dengan petani kebanyakan adalah cita-citanya.
Ia memiliki angan-angan mendirikan sebuah kerajaan. Namun sampai ajal menjemput, impian besarnya tidak terwujud. Kendati demikian, impian itu diwujudkan oleh Sutawijaya yang merupakan cucunya.
Setelah mengalahkan Kerajaan Pajang, Sutawijaya yang dibantu Ki Ageng Pemanahan dan Ki Penjawi menahbiskan diri sebagai Raja Mataram Islam. Sutawijaya bersama Ki Ageng Pemanahan dan Ki Penjawi yang berasal dari Boyolali sebelumnya mengabdi kepada Sultan Hadiwijaya, Sultan Pajang.
Atas jasanya mengalahkan Adipati Jipang (Cepu Kabupaten Blora) Arya Penangsang, ia mendapat hadiah alas atau hutan mentaok. Di kawasan hutan mentaok itu, Kerajaan Mataram Islam kemudian berdiri (1586).
Munculnya Sutawijaya sebagai raja Mataram Islam dengan gelar Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama adalah kembalinya trah Majapahit. iNewsSidoarjo
Editor : Yoyok Agusta Kurniawan
Artikel Terkait