Dikisahkan, pernikahan itu dilakukan tanpa adanya saksi, bahkan pernikahan itu dilakukan tanpa menyebut namanya dan nama ayahnya, Mpu Purwa.
Mantra - mantra yang diucapkan dalam bahasa Sanskerta, dalam pandangan Ken Dedes banyak yang salah. Upacara pernikahan ini pun dinilai Ken Dedes, tidak sah dan penuh kecacatan. Sang ayah Mpu Purwa yang mencari anaknya juga dibuat panik dan marah.
Mpu Purwa saat itu sedang bertapa di Tegal Panawijen ini terpaksa kehilangan sang anak yang dikawin lari oleh Tunggul Ametung. Dia begitu terpukul ketika pulang mendapati rumahnya kosong dan anaknya tak ada di rumah.
Bahkan Mpu Purwa juga dikisahkan mengucapkan kutukan kepada siapapun yang menculik anaknya.
"Semoga yang melarikan anak saya tidak akan selamat hidupnya; semoga dia mati tertikam keris. Sumur-sumur di Panawijen supaya kering dan sumber-sumber tidak mengeluarkan air lagi", demikian ucapan Mpu Purwa.
Hal ini sebagai hukuman para penghuni karena mereka tidak memberi tahu saya akan pencurian anak saya.
Semoga anak saya yang telah mempelajari karma ama-madangi tetap selamat dan mendapat bahagia besar. Saat pernikahan keduanya, adalah pendeta Balakangka yang memimpin prosesinya.
Editor : Yoyok Agusta Kurniawan
Artikel Terkait