Seluruh pendeta dari berbagai desa di seluruh Tumapel pun didatangkan. Jumlah mereka sekitar empat puluh orang. Konon di setiap gerakan upacara pernikahan itu, yang dilakukan oleh Ken Dedes tidak lain adalah karena keterpaksaan.
Misalkan saat prosesi membasuh kaki sang suami, Ken Dedes tidak bersedia. Di dalam pikirannya berkata bahwa bagaimana bisa dirinya yang seorang brahmani, justru yang disuruh membasuh kaki seorang sudra yang diangkat sebagai ksatria.
Karena tak mau membasuh kaki Tunggul Ametung inilah pendeta Balakangka langsung memegang tangan lembut Ken Dedes dan memaksanya untuk membasuh kaki sang suami, Tunggul Ametung.
Ken Dedes hanya bisa termenung merenung selama berada di Istana Pakuwan. Apalagi saat dirinya dipaksa menjadi istri akuwu Tumapel.
Ken Dedes terpaksa harus menelan upacara pernikahan yang ia anggap menghinakan dirinya yang dilakukan oleh kaum Wisnu. iNewsSidoarjo
Editor : Yoyok Agusta Kurniawan
Artikel Terkait