Warga Pesisir Sidoarjo Terjebak Banjir Rob Dua Kali Sebulan, Ini yang Dikatakan KOJ
KOJ menyebut, kondisi tersebut tidak bisa dilepaskan dari kerusakan ekologis dan penurunan kualitas tambak di wilayah pesisir. Hasil riset internal mereka menunjukkan abrasi di pesisir Sidoarjo mencapai 1.000 hektar per tahun, menyebabkan kawasan tambak semakin tergerus dan permukiman makin rentan terhadap rob.
Lebih lanjut, Yusuf menilai minimnya data pengelolaan ruang dari pemerintah membuat kerusakan semakin tidak terkendali. “Sidoarjo sampai hari ini belum punya hitungan jelas mana lahan tambak, mana persawahan. Tidak ada data dasar. Akhirnya masyarakat pesisir menjadi korban pertama dari kerusakan ekologis,” ujarnya.
Di tengah ancaman rob yang kian parah, sekitar 420 jiwa atau 255 KK yang tinggal di kawasan tersebut harus hidup dalam keterisolasian. Mereka tanpa akses internet, dengan infrastruktur minim, dan akses pendidikan yang terbatas.
Guru yang mengajar di kawasan pesisir pun harus menggunakan perahu dari pusat kota dan kembali sebelum pukul 11.00 karena transportasi yang terbatas.
KOJ juga memperingatkan ancaman etnosida, memudarnya profesi tambak dan pertanian karena semakin tidak diminati generasi muda, akibat kondisi yang sulit dan tidak adanya perlindungan maupun dukungan pemerintah. “Potensi wilayah ini luar biasa, bahkan bisa jadi wisata air. Tapi sampai hari ini yang ada justru pengurukan tambak tanpa perhitungan, membuat kerentanan banjir rob makin tinggi,” pungkas Yusuf.
Editor : Aini Arifin