get app
inews
Aa Text
Read Next : Pikap Bermuatan Material Terguling di Exit Tol Waru, Pengemudi Selamat dari Maut

Warga Pesisir Sidoarjo Terjebak Banjir Rob Dua Kali Sebulan, Ini yang Dikatakan KOJ

Jum'at, 28 November 2025 | 18:28 WIB
header img
KOJ Sidoarjo bentangan spanduk protes terhadap pemda. Foto: ist.

SIDOARJO, iNewsSidoarjo.id – Banjir rob yang terus menghantui wilayah pesisir Sidoarjo menjadi sorotan serius Kelompok Oposisi Jalanan (KOJ) Sidoarjo.

Dalam deklarasi aksi Save Tambak yang digelar di Desa Karanggayam. Jumat (27/11/2025). KOJ menilai pemerintah daerah belum hadir secara optimal, untuk melindungi warga dari ancaman rob yang terjadi semakin sering dan membahayakan.

Ketua KOJ Sidoarjo, M. Yusuf Mansyur, mengungkapkan bahwa warga di beberapa dusun terpencil seperti Kepetingan, Telocor, hingga pesisir Porong kini harus menghadapi banjir rob dua kali dalam sebulan, bahkan saat tidak terjadi hujan.

Rob sering datang pada malam hari, membuat aktivitas dan keselamatan warga sangat terganggu. “Bayangkan, di musim kemarau pun mereka kebanjiran dua kali sebulan. Anak sekolah, bayi yang tidur, semua terancam. Rob datang malam hari. Dan pemerintah daerah seperti tidak hadir memeluk warganya,” tegas Yusuf.

KOJ menyebut, kondisi tersebut tidak bisa dilepaskan dari kerusakan ekologis dan penurunan kualitas tambak di wilayah pesisir. Hasil riset internal mereka menunjukkan abrasi di pesisir Sidoarjo mencapai 1.000 hektar per tahun, menyebabkan kawasan tambak semakin tergerus dan permukiman makin rentan terhadap rob.

Lebih lanjut, Yusuf menilai minimnya data pengelolaan ruang dari pemerintah membuat kerusakan semakin tidak terkendali. “Sidoarjo sampai hari ini belum punya hitungan jelas mana lahan tambak, mana persawahan. Tidak ada data dasar. Akhirnya masyarakat pesisir menjadi korban pertama dari kerusakan ekologis,” ujarnya.

Di tengah ancaman rob yang kian parah, sekitar 420 jiwa atau 255 KK yang tinggal di kawasan tersebut harus hidup dalam keterisolasian. Mereka tanpa akses internet, dengan infrastruktur minim, dan akses pendidikan yang terbatas.

Guru yang mengajar di kawasan pesisir pun harus menggunakan perahu dari pusat kota dan kembali sebelum pukul 11.00 karena transportasi yang terbatas.

KOJ juga memperingatkan ancaman etnosida, memudarnya profesi tambak dan pertanian karena semakin tidak diminati generasi muda, akibat kondisi yang sulit dan tidak adanya perlindungan maupun dukungan pemerintah. “Potensi wilayah ini luar biasa, bahkan bisa jadi wisata air. Tapi sampai hari ini yang ada justru pengurukan tambak tanpa perhitungan, membuat kerentanan banjir rob makin tinggi,” pungkas Yusuf.

Editor : Aini Arifin

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut