Pameran ini memadukan seni Aksara Jawa Kuno dengan berbagai material seperti kayu, bambu, besi, dan lampu-lampu berwarna-warni.
"Hal ini diharapkan dapat menarik minat generasi milenial untuk mempelajari Aksara Jawa Kuno tanpa menghilangkan nilai budayanya," jelas Syska.
Pameran ini diikuti oleh 15 seniman dari Jawa Timur dan Jawa Tengah, termasuk Sidoarjo, Surabaya, Solo, dan Yogyakarta. Terdiri dari 7 seniman laki-laki dan 8 seniman perempuan, menunjukkan komitmen terhadap kesetaraan gender.
Menurut Satriagama Rakantaseta, kurator pameran, Nawasena berarti "masa lalu untuk hari ini dan masa depan". Pameran ini merupakan representasi perpaduan budaya Aksara Jawa Kuno dengan budaya Jawa masa kini.
"Tanpa disadari, kita kehilangan jati diri kita. Yang ada hanya tinggal bahasa, dan itupun dituliskan dengan aksara latin, bukan tulisan Jawa kuno (kawi)," kata Seto, sapaan akrabnya.
Editor : Yoyok Agusta Kurniawan