Ia pun balik kanan dan mulai menjauh dari kota megah penuh gemerlap itu. Anehnya saat ia melihat ke kaca spion motor, matahari tampak mulai terbit. Padahal Bakri berpikir bahwa waktu yang dihabiskannya di kota megah itu hanya sebentar.
Sesampainya di rumah, Bakri disambut tangisan orangtuanya. Mereka memberitahu Bakri bahwa ia telah hilang selama lima hari, sehingga membuat orangtua dan keluarga sangat khawatir.
Alangkah kagetnya Bakri mendengar itu. Ia merasa masuk ke Kota Saranjana hanya sekitar satu jam. Namun, saat melihat kalender, memang benar bahwa waktu yang sudah dia lewati adalah lima hari.
Bakri lalu buru-buru memeriksa kembali buah manggis yang dibelinya di kota itu. Ia pun kembali terkejut saat mendapati buah manggis yang tadinya berukuran jumbo itu menjadi kecil.
Ia pun tidak jadi memberikan buah itu kepada sang ibunda dan langsung dibuangnya ke tempat sampah. Kisah Saranjana memang bukan isapan jempol. Kota megah yang dipimpin seorang raja itu diyakini sebagai kota gaib dengan penduduk yang ramah dan sama sekali tidak berbahaya.
Namun, ada peringatan bahwa jika seseorang mengonsumsi makanan atau minuman di Kota Saranjana, maka mereka tidak akan bisa kembali lagi ke alam nyata. Adapun ciri fisik penduduk Saranjana sama seperti manusia biasa. Namun mereka tidak memiliki lekukan antara bibir dan hidung (filtrum).
Sebagian dari mereka juga memiliki ujung telinga berbentuk lancip atau runcing. iNewsSidoarjo
Editor : Yoyok Agusta Kurniawan