get app
inews
Aa Read Next : Ribuan Warga Meriahkan Mlaku Bareng Milad ke-56 RS Siti Khodijah Sepanjang

Mengungkap Kisah Pesarean Makam Raden Ayu Putri di Desa Terung Wetan Sidoarjo

Selasa, 05 September 2023 | 19:40 WIB
header img
Pesarean Raden Ayu Ontjat Tondo Wurung yang berada di Desa Terung Wetan, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo. (Foto : Amrizal Zulkarnaen/iNewsSidoarjo.id).

SIDOARJO, iNews.id - Pesarean Raden Ayu Putri Ontjat Tondo Wurung atau yang sering disebut Den Ayu Putri di Desa Terung Wetan, Kecamatan Krian Sidoarjo, Jawa Timur jadi tempat jujukan para peziarah.

Makam seorang putri yang diketahui berasal dari kerajaan Majapahit dalam hari-hari tertentu ramai peziarah yang datang dari Sidoarjo hingga luar daerah.

Untuk menuju makam Raden Ayu Putri itu para peziarah akan disambut gapura besar berornamen Majapahit dengan tulisan dan petunjuk arah.

Dari gapura besar tersebut, peziarah hanya menempuh jarak sekitar 200 meter untuk menuju makam. Saat akan masuk area pendopo makam disambut dua pohon beringin yang besar.

Ketika masuk area makam, suasana sejuk dibarengi dengan hembusan angin yang membuat ingin merebahkan tubuh.

Menurut pengakuan Samuji, konon cerita Raden Ayu Putri Ontjat Tondo Wurung merupakan anak Adipati di wilayah Sidoarjo pada zaman Majapahit.

"Wilayah ini dulunya bernama Kadipaten Terung. Sedang orang yang memimpin waktu itu ialah Prabu Brawijaya V," tutur pria 50 tahun itu kepada iNewsSidoarjo.id, jaringan iNews.id, Selasa (5/9/2023).

Raden Ayu, akrab Putri Adipati Terung itu biasa disebut oleh para pengunjung yang biasa datang ke area pesarean makam. Ia merupakan anak tunggal dari seorang Adipati Terung yang bernama Raden Kusein.

Lebih jauh Samuji menyampaikan, Raden Ayu memiliki hobi menanam dan merawat bunga saat dewasa. Ketika bunga itu sudah tumbuh besar, Raden Ayu juga suka membagi-bagikan ke rakyatnya sesama kaum hawa.

Dengan kedewasaannya tersebut, Samuji bercerita bahwa Raden Ayu pernah dikabarkan hamil diluar nikah. Sehingga pada kondisi tersebut, membuat Raden Kusein atau ayah Raden Ayu marah.

Pasalnya, saat itu Raden Kusein juga tak kuasa menahan gosip miring yang beredar ketika Raden Ayu dikabarkan mengandung tanpa bapak.

Mendengar kabar tersebut, Raden Ayu menampik semua gosip miring yang beredar bahwa dirinya tak merasa berbuat aib seperti itu. Raden Ayu pun tak mengetahuinya kenapa perutnya itu besar.

Kendati demikian, kemarahan tersebut tidak akan membendung keputusan Raden Kusein untuk menghukum Raden Ayu harus dihukum mati.

Mendengar tuduhan itu, Raden Ayu tak menerimanya sehingga harus membuat sumpah.

Sementara ia bersumpah jika dia dibunuh dan mengeluarkan darah putih akan mengeluarkan aroma wangi. Karena itu pertanda bahwa dirinya tidak berbuat aib Kadipaten.

"Betul mas, hingga sekarang makam Raden Ayu beraroma wangi. Akibat saat meninggal dia mengeluarkan darah putih," ungkapnya yang juga hingga saat ini pesarean Raden Ayu Putri Ontjat Tondo Wurung menjadi tempat para peziarah dari berbagai kota.

Rata-rata, para peziarah dari kalangan kaum hawa yang banyak mengunjungi makam itu.

Sumaji mengaku bahwa setiap bulan sekali, tepatnya saat Jumat Legi, ratusan kaum hawa melakukan doa bersama di lokasi pesarean.

"Pertama melakukan doa bersama di area pendopo makam. Setelahnya, peziarah masuk kedalam makam kemudian membedaki batu nisan Raden Ayu," jelas Sumaji.

Masih menurut Sumaji, dari cerita orang-orang yang berkunjung katanya hal itu dilakukan untuk menghormati Raden Ayu Putri Ontjat Tondo Wurung.

Ia menambahkan, tidak sedikit diantara peziarah meyakini bedak yang diperoleh dari makam tersebut membawa keberuntungan dan menjadikan awet muda.

Sehingga, sebagian dari mereka bukan hanya membedaki makam sang putri, melainkan juga membedaki wajah mereka dan membawa pulang untuk dipakai di rumah.

Tarlin, Kepala Desa Terung Wetan mengatakan, pesarean Raden Ayu Putri Ontjat Tondo Wurung merupakan peninggalan sejarah leluhur yang wajib dilestarikan.

Menurut dia, selain menjadi wisata religi yang ada di Terung Wetan, Makam Raden Ayu salah satu peninggalan sejarah Majapahit yang berada di Kabupaten Sidoarjo.

"Menurut cerita sesepuh, suasana area pesarean tidak banyak berubah. Suasana sejuk, nyaman dianggapnya berbeda dari yang lain. Sebab disitu tampak ada dua pohon beringin besar," pungkasnya.

Editor : Nanang Ichwan

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut