Tak heran jika banyak pengunjung yang merasa puas, setelah berkuliner di restoran tersebut. Seperti yang diungkapkan Diana Helinia mengaku senang dan puas dengan rasa masakannya, dan fasilitas yang ada. Terlebih lagi dengan banyaknya pilihan, mulai dengan menu bebek yang utuh (whole duck), setengahnya (half duck) atau seperempat bagian bebek, serta menu bebek peking.
“Puas dan senang, bisa bersantai dan kuliner ditempat ini. Masakannya Gurih, juicy, sedap di lidah dan bumbunya meresap. Selain itu, di sini tempatnya nyaman juga. Sajian bebeknya kekinian,” ungkap Diana.
Sementara itu, Anthony Putihrai sebagai hotelier dan pegiat bisnis kuliner mengaku, sengaja melirik Kota Surabaya karena potensi pangsa pasarnya tinggi. Dengan potensi itu, Ia optimis cabang ketiga, setelah Jakarta (2021) dan Bandung (2022), akan banyak menarik minat konsumen
“Saya sebagai pegiat kuliner, ingin ini berkembang terus. Saya melihat pangsa pasar Surabaya bagus dan maju. Ketika kita lihat tempatnya strategis dan saya ingin membuka lapangan kerja di mana,” ujar Anthony Putihrai.
Dengan harga yang cukup terjangkau yakni Apalagi sajian yang diberikan Rp29 ribu hingga Rp299 ribu, dapat menyasar semua usia dan kalangan masyarakat, mulai anak muda hingga bersama keluarga. Masih menurut Anthony yang juga Pengurus Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), pihaknya juga percaya dengan tidak menggunakan sistem waralaba, generasi muda Indonesia mampu mengelola bisnis kuliner.
“Pangsa pasar di Surabaya sudah maju. Maka memberikan diri buka di Surabaya. Invest rame-rame dan yakin karena kami cukup berhasil di Jakarta dan Bandung, harapan itu pula yang dibawa ke Surabaya,” tutupnya.
Editor : Yoyok Agusta Kurniawan