Pria kelahiran Cilacap, Jawa Barat itu saat ini sudah 23 tahun di Korps Adhyaksa. Ia mengawali kariernya menempuh Pendidikan dan Pelatihan Pembentukan Jaksa (PPPJ) pada tahun 2000 silam.
Muhdhor mendapat penempatan pertama kali di Kejari Cilacap selama 10 bulan. Ia kemudian pindah ke Nusa Tenggara Timur (NTT) tepatnya di Kejari Waingapu dengan jabatan Kasubagbin hingga Kasi Pidum.
Empat tahun lamanya berdinas di tempat tersebut akhirnya dimutasi di Kejari Jakarta Utara sebagai Jaksa Fungsiaonal (JF) di bidanf pidsus. Saat itu, ia menjadi salah satu tim penyidik dan juga penuntut umum kasus korupsi import beras dengan terpidana Nurdin Halid.
Usai dari Jakarta, Muhdhor kembali dimutasi ke Kalimantan Timur, tepatnya di Kejari Tenggarong. Ia menduduki jabatan Kasi Pidsus. Jabatan tersebut dimanfaatkan betul olehnya. Ia mengaku saat itu ada 12 kasus korupsi yang dituntaskan.
"Padahal, saat itu hanya empat personil saja di pidsus. Kadang kami harus bergantian membagi waktu, sering saya menyidangkan sendiri," ucapnya.
Usai di sana, ia pun kembali dimutasi ke Jawa. Kali ini, ia menduduki jabatan Kasi Ekmon pada Asintel Kejati Jawa Tengah. Ia ikut dilibatkan mengungkap sejumlah kasus korupsi diantaranya KPU Jepara hingga Wakil Ketua DPRD.
Selepas itu, Muhdhor kembali ditugaskan ke Kejagung RI. Ia ditempatkan di Satuan tugas (Satgas) Tipikor. Ia ikut dilibatkan mengungkap sejumlah kasus korupsi besar diantaranya korupsi aset milik KAI Medan hingga korupsi Kemenag RI.
Meski demikian, suami Menik Muhdhor itu mulai melanglang buana dengan sejumlah jabatan diembannya diantaranya Kabag TU Kejati Jambi. Kemudian jabatan Kajari Sorong, Papua Barat hingga menjabat Kajari Karanganyar, Jawa Tengah.
Baru setelah itu, bapak satu anak itu dipromosikan ke Kejati Papua dengan jabatan Asisten Intelijen (Asintel). Kini, alumni Universitas Diponegoro (Undip) Semarang itu menjabat Kajari Sidoarjo.
"Alhamdulillah, sudah hampir satu tahun di Sidoarjo," pungkas pejabat yang namanya sama dengan Bupati Sidoarjo itu.
Editor : Nanang Ichwan