get app
inews
Aa Read Next : Kondisi Fisik Tak Bugar, Timnas Futsal Putri Indonesia Tetap Tumbangkan Myanmar

Menurut Penelitian Terbaru, Cahaya dari Smartphone Bisa Percepat Penuaan

Rabu, 07 September 2022 | 12:33 WIB
header img
Cahaya dari smartphone bisa percepat penuaan menurut penelitian terbaru (Foto: Pixabay)

JAKARTA, iNewsSidoarjo.id-Perangkat elektronik termasuk smartphone mengeluarkan cahaya biru dari layarnya. Paparan cahanya selama berjam-jam dapat memengaruhi kesehatan, mulai dari mata lelah, pandangan kabur, hingga katarak.

Selain itu, penelitian terbaru mengungkap efek lain dari cahaya biru ini. Dr. Jadwiga Giebultowicz, seorang profesor di Departemen Biologi Integratif di Oregon State University mengatakan bahwa paparan cahaya biru dapat mempercepat penuaan.

"Paparan berlebihan terhadap cahaya biru dari perangkat sehari-hari, seperti TV, laptop, dan smartphone, mungkin memiliki efek merugikan pada berbagai sel di tubuh kita, mulai dari sel kulit dan lemak, hingga neuron sensorik,” kata Giebultowicz seperti dikutip dari ZMEScience, Rabu (7/9/2022).

"Kami adalah yang pertama menunjukkan bahwa tingkat metabolit spesifik - bahan kimia yang penting bagi sel untuk berfungsi dengan benar - diubah pada lalat buah yang terpapar cahaya biru. Studi kami menunjukkan bahwa menghindari paparan cahaya biru yang berlebihan mungkin merupakan strategi anti-penuaan yang baik," lanjutnya.

Giebultowicz dan timnya mempelajari efek paparan cahaya biru pada sel lalat buah. Dalam studi sebelumnya, peneliti menunjukkan lalat buah yang terpapar cahaya biru mengaktifkan gen pelindung stres, artinya cahaya biru menyakiti mereka.

Lalat buah yang disimpan dalam gelap hidup secara signifikan lebih lama daripada rekan-rekan mereka yang terpapar cahaya biru. Kali ini para peneliti mempelajari kelas metabolit tertentu yang diyakini penting untuk fungsi sel.

Ini termasuk suksinat, metabolit penting yang dihasilkan oleh mitokondria dengan peran dalam mengubah makanan menjadi bahan bakar untuk sel, serta glutamat, metabolit sentral di semua organisme karena menyediakan hubungan antara metabolisme karbon dan nitrogen.

Ketika para peneliti membandingkan sel lalat buah yang terpapar cahaya biru selama dua minggu dengan yang disimpan dalam gelap, mereka menemukan tingkat suksinat meningkat sementara tingkat glutamat menurun.

"Tingkat suksinat yang tinggi setelah terpapar cahaya biru dapat dibandingkan dengan gas yang berada di pompa tetapi tidak masuk ke dalam mobil," ujar Giebultowicz.

Penemuan meresahkan lainnya adalah bahwa molekul yang bertanggung jawab untuk komunikasi antar neuron, seperti glutamat, berada pada tingkat yang lebih rendah setelah paparan cahaya biru," terangnya.

Perubahan biokimia ini menunjukkan bahwa sel-sel yang terpapar cahaya biru berisiko mengalami malfungsi, sehingga menyebabkan kematian dini. Ini menjelaskan temuan sebelumnya yang menunjukkan cahaya biru mempercepat penuaan.

Dan karena metabolit ini hampir memiliki peran yang sama dalam sel manusia, ada alasan bagus untuk percaya bahwa paparan cahaya biru yang berlebihan juga dapat mempercepat penuaan pada manusia. Namun perlu diingat, para peneliti menggunakan cahaya biru yang cukup kuat dalam eksperimen mereka, sedangkan jenis cahaya biru yang dipancarkan oleh perangkat yang secara teratur terpapar pada manusia jauh lebih lemah.

Inilah sebabnya mengapa penulis studi baru meminta lebih banyak penelitian yang melibatkan sel manusia untuk membuat penilaian risiko yang lebih baik. Cahaya biru dari LED yang digunakan di smartphone, TV, dan tablet memiliki panjang gelombang antara 400 dan 490 nanometer.

Cahaya biru dapat merusak retina, tergantung pada panjang gelombang dan waktu pemaparan. Filter yang memotong hingga 95% cahaya biru dapat mengurangi kerusakan ini.

Dan sementara paparan cahaya biru pada malam hari telah dikaitkan dengan kesulitan tidur dan gejala depresi, paparan cahaya biru singkat di pagi hari mungkin memiliki efek sebaliknya. Satu studi menemukan bahwa paparan cahaya biru selama 20 menit dapat meredakan gejala gangguan afektif musiman, atau SAD, suatu bentuk depresi yang terjadi selama pergantian musim.

“LED telah menjadi penerangan utama di layar tampilan seperti ponsel, desktop, dan TV, serta pencahayaan sekitar, sehingga manusia di masyarakat maju terpapar cahaya biru melalui pencahayaan LED selama sebagian besar jam bangun mereka," lanjut Giebultowicz.

"Bahan kimia pensinyalan dalam sel lalat dan manusia sama, sehingga ada potensi efek negatif cahaya biru pada manusia,” tutupnya. iNewsSidoarjo

Editor : Yoyok Agusta Kurniawan

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut