BEKASI, iNewssidoarjo.id-Seorang mantan preman yakni Muhammad Iksan, atau yang akrab disapa Bang Mandor sukses membangun usaha tambak udang yang memilik omzet puluhan milyar rupiah. Kesuksesannya berawal saat dirinya memutuskan pensiun sebagai preman.
Di dalam tambak milik Muhamad Iksan asal Muaragembong, Bekasi ini, terdapat lahan produksi udang vaname, rumput laut, dan bandeng.
Hasil panen dalam satu klaster tambak milik Iksan bisa mencapai Rp40 miliar-Rp50 miliar per tahunnya. Dalam satu klaster tambaknya yang terdiri dari 10 hektare, jumlah udang yang diproduksi kurang lebih 150 ton per siklus tanam.
"Udang itu kalo kita lihat dari demand dan profit penghasilannya luar biasa. Ini sampai orang-orang budidaya itu mengistilahkan, tidak ada yang mengalahkan penghasilan bisnis budidaya udang kecuali bandar narkoba," ujar Iksan, dikutip dari channel Youtube Helmy Yahya Bicara pada Minggu (6/3/2022). Dilangser sidoarjo.inews.id dari IDXChannel. Sabtu, (12/3/2022)
Namun, dia mengakui bahwa memang perjalanan hidupnya pun tak mudah dengan banyak rintangan yang menghadang. Iksan menyebut bahwa dirinya dahulu sempat putus sekolah dan membantu orang tuanya yang berdagang asongan. Namun, sejak kecil, dirinya sudah familiar dengan tambak.
"Karena setiap pulang sekolah zaman SD, selalu sempat mampir ke tambak. Dulu juga pernah punya tambak kecil-kecilan," ungkapnya.
Sebelum mencapai kesuksesan seperti sekarang, Iksan mengaku bahwa pada awalnya, dia keluar dari kampung karena kerap baku hantam. Tak tahan dengan situasi itu, dia memutuskan untuk keluar kampung dan melanjutkan hidupnya di Pasar Senen sebagai pengamen dan preman.
"Ya saya kabur dari kampung juga itu karena berantem mulu ribut terus. Termasuk mungkin saya, salah satu laki-laki gatau yang lain ada cerita apa enggak, yang duel siang hari dengan senjata tajam di jalan raya. Alhamdulillah, mereka berdua yang lari," tuturnya.
Akibat "ulahnya" tersebut, Iksan kerapkali berurusan dengan polisi. Tak ayal, orang tuanya selalu dikunjungi polisi. Akhirnya, dia pun memutuskan untuk keluar dari kampungnya.
"Jadi saya keluar dari kampung itu bawa gitar satu. Boleh pinjam sama teman, sama bawa uang seribu perak itu di tahun 1998-1999," tambah Iksan.
Namun, pindahnya dia ke Pasar Senen ternyata tidak membuat segalanya menjadi lebih mudah. Iksan bercerita, baru beberapa hari saja di sana, dia sudah dipukuli oleh preman di terminal.
"Saya beraniin diri terjun ke terminal. Hari pertama aman saya ngamen, hari kedua aman, hari ketiga babak belur digebukin anak-anak. Sampe gitar yang saya minjem bawa dari kampung itu habis buat nangkisin botol ama batu. Sampe akhirnya ada polisi lepas tembakan ke atas, baru akhirnya lerai," kata Iksan.
Ditempa pengalaman dan kehidupan yang keras selama bertahun-tahun lamanya, Iksan akhirnya tumbuh menjadi seorang preman besar di terminal, yang membuat dirinya berkuasa di banyak area.
Kendati demikian, Iksan mengaku bahwa dirinya mendapatkan pencerahan setelah perjalanan spiritualnya. Bertobat, Iksan akhirnya meninggalkan profesinya sebagai preman.
"Saya akhirnya mulai belajar bisnis dari menjadi pedagang asongan. Waktu hijrah itu selesai di seniman jalanan, saya ngasong pak dari situ saya belajar," tutupnya. iNewssidoarjo.id
Editor : Yoyok Agusta Kurniawan
Artikel Terkait