Mahasiswa PGMI Unusida Presentasikan Budaya Pesantren di Konferensi Internasional ISIEP 2023

Yoyok Agusta
Dari kiri ke kanan, Hana Ribthi Dimas’udah, Aisyah Rahma Ummi Kulsum, D N Awwala Qurrota A’yun, Viya Himmatul Karimah, Adinda Sayyidah Rofiqotul Jannah. (Foto:istw)

SIDOARJO, iNews.id - Lima mahasiswa Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida) turut berpartisipasi dalam Konferensi Internasional ISIEP (Internasional Seminar On Islamic Education And Peace).

Konferensi tersebut diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Keislaman Univeristas Raden Rahmat (UNIRA) Malang pada 22 November 2023.

Kelima mahasiswa tersebut adalah D N Awwala Qurrota A’yun, Hana Ribthi Dimas’udah, Aisyah Rahma Ummi Kulsum, Viya Himmatul Karimah, Adinda Sayyidah Rofiqotul Jannah, serta dosen pembimbing, Nur Nafisatul Fithriyah, M.Pd. Dalam konferensi tersebut, kelima mahasiswa Unusida mengangkat judul karya ilmiah ‘Islamic Boarding School Education (Indigenous and Decolonization)’.

Karya ilmiah tersebut membahas sejarah pesantren di Masa kolonial Belanda dan asal mula adanya kitab kuning di pesantren. Ketua tim, Hana Ribthi Dimas’udah, mengatakan bahwa pendidikan di pondok pesantren perlu diangkat secara khusus dalam konferensi internasional. Sebab, selama ini yang dibahas adalah pendidikan Islam pada umumnya.

“Kami berinisiatif untuk mengangkat judul tentang ciri khas budaya di pondok pesantren. Pendidikan di pondok pesantren sangat menarik dan perlu dibahas di konferensi internasional. Sebab jarang sekali membahas tentang pesantren secara utuh karena rata-rata membahas pendidikan Islam pada umunya,” terangnya. Kamis, (14/12/2023)

Menurut Hana, saat ini sedang marak membahas tentang santri dan pesantren, khususnya pendidikan pesantren modern yang lagi marak.

“Ciri khas di pesantren seperti budaya membaca kitab kuning serta tata krama para santri kepada para pengasuh patut dikenalkan di forum konferensi internasional,” ujar Hana.

Ia menjelaskan bahwa hasil penelitiannya mendapat respon positif dari peserta konferensi, sehingga menarik perhatian dari dosen salah satu Universitas di Malaysia.

Sementara itu, anggota tim DN Awwala Qurrota A’yun menjelaskan bahwa budaya di pesantren saat ini harus dipertahankan. Meskipun dengan menyesuaikan pesantren modern saat ini yang banyak dipengaruhi oleh perkembangan teknologi.

“Budaya seperti membaca kitab kuning yang sudah dimaknai, serta mengaji dengan menggunakan smartphone saat ini harus diatur dengan baik agar memiliki manfaat dan meminimalisir mudharat bagi santri maupun pengajar di pondok pesantren,” jelasnya.

Ayun menyebutkan, pentingnya melihat dulu sejarah pondok pesantren sebelum memilih pesantren.

“Saat ini penting untuk mengetahui riwayat pesantren baik tentang kapasitas dan kualitasnya. Ketika ada pemberitaan miring tentang pondok pesantren perlu dikoreksi terlebih dahulu untuk mencari informasi yang valid,” jelasnya.

Ayun berharap, karya ilmiahnya ini dapat mempromosikan pendidikan di pesantren yang juga memiliki ciri khas dan kualitas yang tidak jauh berbeda dari pendidikan pada umumnya.

“Biar orang tahu dan tidak membeda-bedakan pendidikan pesantren dengan pendidikan di luar sana,” katanya.

Ayun mengatakan bahwa awal mula ide tersebut karena teringat dari mata kuliah di studi Al qur’an dan Hadits yang ia pelajari di program studi PGMI Unusida.

“Saya merasa sangat senang karena program studi PGMI. Selain kuliahnya yang fleksibel, juga dikelilingi dosen yang keren dan berkompeten, karena di semester awal sudah dituntut untuk ikut observasi, microteaching, buat artikel, modul, dan lain sebagainya,” pungkasnya.

Editor : Yoyok Agusta Kurniawan

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network