Untung Suropati! Disembunyikan Raja Mataram Hingga Jadi Buronan Belanda

Avirista Midaada
Untung Suropati (Foto: Wikipedia )

JAKARTA, iNewsSidoarjo.id – Kerajaan Mataram di bawah kekuasaan Sultan Amangkurat II memberikan perlindungan kepada Untung Suropati. Untung Suropati sendiri merupakan seorang budak berani melawan Belanda yang sebenarnya tempatnya bekerja.

Untung Suropati bahkan dikisahkan menjadi kepala perompak yang awalnya dipekerjakan oleh kompeni Belanda. Untung Suropati lantas mulai memberontak dan melawan kesewenangan Belanda pada 1683.

Ia memulai pergerakannya dengan melibatkan beberapa pasukan dan pendukungnya di berbagai daerah di Jawa. Pemberontakan oleh Untung Suropati dan pasukannya ini dimulai di Jawa bagian barat, serta meluas hingga bagian tengah dan timur.

Pada pemberontakan Untung Suropati terhadap Kompeni ini, Amangkurat II memberikan restu dan perlindungan, sebagaimana dikutip dari okzone.com.

 "Antara Lawu dan Wilis : Arkeologi, Sejarah, dan Legenda Madiun Raya Berdasarkan Catatan Lucien Adam Residen Madiun Raya", Rabu (28/06/2023).

Sang raja bahkan menawarkan tempat persembunyian bagi Suropati di Keraton Kartasura. Manuver ini segera menjadi alasan bagi Kompeni untuk mengirim Kapten François Tack atau sekitar 1650- 1686 yang merupakan Komisaris Pemerintahan Tinggi atau Commissaris der Hooge Regeering, VOC untuk pergi ke Susuhunan Mataram dan menuntut penyerahan Suropati.

Kedatangan Kapten Tack ke Mataram terjadi pada 1685. Tack tidak dapat memenuhi tugas yang dibebankan kepadanya ini, bahkan dia dan Kapten Jan Jacobszoon Leeman beserta lebih dari 70 orang Belanda tewas dalam upaya serangannya di Alun-alun utara Keraton Kartasura.

Tidak lama kemudian, Suropati melarikan diri ke arah tenggara dan berhasil menduduki Pasuruan. Menurut Valentijn, wilayah Pasuruan membentang dari Ponorogo ke Puger.

Keresidenan Madiun saat itu hanya terdiri atas Ponorogo dan Pacitan. Dapat diasumsikan bahwa wilayah yang berada di utara Keresidenan Madiun tidak termasuk dalam wilayah administratif keresidenan ini.

Dari informasinya disebutkan bahwa seorang tumenggung dari Suropati melarikan diri dengan dua putranya ke Desa Cabeyan yang terletak di dekat Kali Madiun, tepatnya di Subdistrik atau Kecamatan Jiwan, Kabupaten Madiun.

Sangat mungkin bahwa salah satu dari dua putra ini bernama Kertopati alias Singoyudo dan menjadi pendiri desa tersebut. Orang ini adalah leluhur bekel yang menjabat pada waktu ditulisnya karya ini tahun 1938 oleh Bekel Amadi.

Selain itu, putra yang kedua bernama Kertojoyo dan berperan membuka hutan di sisi lain Kali Madiun, yang sekarang menjadi Dusun Candi di Desa Bagi.

Namun Lucien Adam konon tak memiliki memiliki pengetahuan yang jelas tentang bagaimana Ponorogo pada akhirnya dapat berada di tangan Suropati.

Tampaknya, pada masa itu, Patih (Perdana Menteri) Kartasura, bernama Sindurejo, dalam beberapa hal memiliki kekuasaan administratif atas Ponorogo.  iNewsSidoarjo

Editor : Yoyok Agusta Kurniawan

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network