SUBANG, iNewsSidoarjo.id - Alan Sahroni (33), warga Kampung Cijoged, Desa Cikadu, Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang membuat limbah daun nanas menjadi produk bernilai tinggi.
Kerajinan dari limbah daun nanas tersebut telah menembus pasar mancanegara. Petani milenial yang mendapat bantuan corporate social responsibility (CSR) dari Pertamina EP itu, meraup omzet hingga puluhan juta rupiah dan membuka lapangan pekerjaan bagi tetangganya.
Kerajinan karya Alan Sahroni ini, mengikuti business plan tingkat nasional. Semula, Alan hendak mengolah buah nanas.
Tetapi, ide itu berubah lantaran sudah banyak pelaku usaha yang mengolah limbah buah tersebut.
Alan Sahroni sendiri merupakan sarjana tekstil lulusan 2013, melirik limbah daun nanas yang melimpah di Kabupaten Subang.
Berkat pengetahuan tentang tekstil cukup mumpuni, Ia mengubah limbah daun nanas menjadi benang. Kemudian Alan mengubah benang yang dihasilkan dari daun nanas itu menjadi kain.
Berkat ketekunannya itu, Alan berhasil menjadi salah satu pemenang business plan tingkat nasional tersebut. Dengan benang dari daun nanas, Alan membuat berbagai produk bernilai tinggi.
Untuk memajukannya usahanya, Pertamina EP memberikan bantuan alat mesin ekstraksi dan memberikan pelatihan. Saat ini, pengolahan limbah daun nanas yang dirintis Alan semakin berkembang.
Selain telah menembus berbagai daerah di Indonesia, hasil olahan limbah daun nanas tersebut telah diekspor ke Jepang, Singapura, Malaysia, dan Jerman.
"Untuk pasar mancanegara, kami memenuhi pasar serat atau benang dari limbah daun nanas. Sedangkan untuk pasar dalam negeri berupa kerajinan tangan, seperti kain, rompi, tas, dan lampu hias," kata Alan Sahroni.
Alan menyatakan, proses pemanfaatan limbah daun nanas menjadi benang, pertama-tama mengekstraksinya menjadi serat terlebih dulu.
Setelah itu, hasil ekstraksi limbah daun nanas dicuci untuk menghilangkan sisa daun.
Pekerja menenun benang dari limbah daun nanas. (FOTO: iNews/YUDY HERYAWAN JUANDA)
"Serat daun nanas dijemur hingga kering dan disisir untuk merapikan serta membuat serat menjadi lebih halus. Setelah selesai, barulah serat atau benang dari limbah daun nanas siap diekspor atau dibuat kerajinan," ujarnya.
Alan menuturkan, CSR dari Pertamina EP sangat berdampak bagi perkembangan usahanya, terutama mesin dan pelatihan bagi masyarakat sehingga produktivitas hasil olahan limbah daun nanas meningkat.
"Sebanyak 300 kilogram limbah daun nanas dapat diubah menjadi 7 kg serat kering. Omzet dari penjualan serat limbah nanas dan produk kerajinannya antara Rp15 juta hingga Rp30 juta per bulan," tutur Alan.
Imas Fitriana, warga sekitar, mengaku sangat senang dilibatkan dalam pemanfaatan limbah daun nanas tersebut. Dengan usaha itu, dia bisa membantu suami memenuhi kebutuhan sehari-hari. iNewsSidoarjo
Editor : Yoyok Agusta Kurniawan
Artikel Terkait