Evakuasi Korban Ponpes Al-Khoziny: Basarnas Berpacu dengan Waktu, Prioritaskan Kehati-hatian
SIDOARJO, iNewsSidoarjo.id – Tim gabungan dari Basarnas terus berjibaku dalam operasi evakuasi korban reruntuhan mushola Pondok Pesantren Al-Khoziny di Buduran, Sidoarjo.
Dengan kondisi bangunan yang sangat rapuh, petugas dituntut bekerja ekstra hati-hati untuk menyelamatkan para korban yang tertimbun.
Kasubdit RPDO Bencana dan Kondisi Membahayakan Manusia (KMM) Basarnas, Emi Freezer, mengungkapkan bahwa tantangan terbesar adalah kondisi struktur bangunan yang tidak kuat.
Mengangkat beban beton atau membuat celah sangat berisiko dan bisa memicu keruntuhan pada struktur lain. "Untuk mengangkat beban beton dan membuat celah sangat berisiko, karena bisa berdampak pada struktur bangunan lainnya yang sudah gagal," jelas Freezer saat konferensi pers di Posko Al-Khoziny, Rabu (1/10).
Dari hasil pendeteksian, total ada 15 titik lokasi yang terindikasi terdapat korban, dengan delapan titik berstatus 'hitam' dan tujuh titik lainnya berstatus 'merah'. Area pencarian dibagi menjadi tiga zona: A1, A2, dan A3. Di Zona A1, tim Basarnas mendeteksi adanya respons dari korban, menjadikannya prioritas utama.
Untuk menyelamatkan korban di titik ini, tim memilih metode yang lebih aman membuat akses berupa gorong-gorong dari bawah reruntuhan. "Penyelamatan di titik tersebut dilakukan dengan membuat akses berupa gorong-gorong dari bawah. Cara tersebut dipilih karena lebih aman untuk korban yang masih bisa diselamatkan," tambah Freezer.
Fokus pada Golden Period 72 Jam Operasi penyelamatan ini berpacu dengan waktu emas penyelamatan atau yang dikenal sebagai golden period yaitu 72 jam pertama (3x24 jam). Seluruh perlengkapan evakuasi dinyatakan memadai, namun prinsip kehati-hatian tetap menjadi yang utama.
Setelah melewati batas waktu 72 jam, Basarnas akan melakukan asesmen ulang. Jika kondisi korban yang sebelumnya responsif berubah menjadi tidak responsif, metode penyelamatan akan dikonsolidasikan ulang bersama pihak keluarga, termasuk kemungkinan menggunakan alat berat. "Tidak ada yang lebih berharga dari satu nyawa manusia, karena itu, kami berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan mereka yang masih ada di bawah reruntuhan," pungkas Freezer.
Editor : Aini Arifin