Kesenian Dongkrek Meriahkan Rawat Budaya Mataraman di Nganjuk
NGANJUK, iNewsSidoarjo.id - Sejumlah permainan tradisional bakiak dan egrang meriahkan kegiatan Rawat Budaya Mataraman yang digelar oleh Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jawa Timur bekerjasama dengan Dinas Porabudpar Nganjuk, Sabtu (23/8/2025). Lomba tersebut berlangsung di halaman dalam SMK PGRI 1 Nganjuk dengan melibatkan peserta dari berbagai kalangan.
Sebelum perlombaan dimulai, penonton disuguhi kesenian dongkrek. Sajian ditampilkan dua kali, masing-masing dalam format parade keliling dan pentas di panggung utama. “Kegiatan ini bertujuan melestarikan permainan tradisional sekaligus mengenalkan kembali kesenian Mataraman kepada generasi muda,” ujar Amin Fuadi, Kabid Kebudayaan Disporabudpar Nganjuk, di sela kegiatan.
Dongkrek sendiri adalah kesenian rakyat khas Desa Mejayan, Kabupaten Madiun, yang lahir sekitar tahun 1867 pada masa kepemimpinan Raden Ngabei Lo Prawirodipuro. Kesenian ini awalnya muncul sebagai ritual tolak bala untuk mengusir pageblug atau wabah penyakit. "Nama Dongkrek berasal dari bunyi alat musiknya dong dari beduk atau kendang, dan krek dari alat musik korek. Pertunjukan Dongkrek menggabungkan unsur tari, musik, topeng, serta drama yang biasanya ditampilkan dalam arak-arakan keliling kampung," tambah Amin.
Cerita yang diangkat menggambarkan perlawanan masyarakat terhadap roh jahat penyebab wabah. Di balik pertunjukan, terkandung nilai filosofis tentang kebersamaan, perjuangan melawan kejahatan, serta menjaga keseimbangan alam. Menurut Amin Fuadi, kegiatan semacam ini menjadi upaya nyata dalam menjaga eksistensi budaya lokal.
Selain lomba permainan tradisional, penyajian Dongkrek juga memperkaya wawasan budaya masyarakat, khususnya generasi muda. “Melalui kegiatan Rawat Budaya Mataraman, kami berharap masyarakat semakin mencintai dan bangga pada warisan leluhur. Permainan tradisional maupun kesenian seperti Dongkrek adalah identitas budaya yang harus terus dijaga,” pungkasnya.
Editor : Yoyok Agusta Kurniawan