Artefak Unik di Nglinggo Diduga Situs Peninggalan Hindu Kuno
Nganjuk, iNewsSidoarjo.id – Sebuah artefak batu yang awalnya diduga sebagai Lingga Trimurti kembali menyita perhatian publik, setelah warga Dusun Nglinggo, Kecamatan Gondang, Nganjuk, melaporkan adanya sejarah keberadaan dua arca kuno yang kini hilang.
Artefak yang berada di bawah rindangnya pohon beringin ini dinilai memiliki ciri khas yang tidak biasa dan diperkirakan menjadi bagian dari situs peribadatan Hindu pada masa lampau.
Bentuk batu kuno tersebut memang tidak menyerupai struktur Lingga Trimurti secara umum, yang terdiri dari tiga bagian simbolik: kotak (Brahma), segi delapan (Wisnu), dan bulat (Siwa). Sebaliknya, artefak ini memiliki penampang astagonal dengan bagian puncak yang tidak silindris.
Ukiran Padma di bagian bawah, serta bekas patahan dan relief halus, menjadi daya tarik tersendiri bagi peneliti. “Artefak ini bukan penemuan baru, tetapi kembali kami soroti karena adanya informasi dari warga tentang dua arca Ganesha dan Wisnu yang dulu ditemukan di lokasi ini,” ungkap Amin Fuadi, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kepemudaan, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Nganjuk, saat diwawancarai di lokasi, Rabu (16/7).
Lebih lanjut, Amin Fuadi menjelaskan bahwa sejumlah bukti mendukung dugaan bahwa lokasi ini dulunya adalah sebuah tempat suci. Di antaranya adalah batu bata kuno yang kini digunakan warga sebagai umpak rumah, serta keberadaan sungai kecil yang melintas tak jauh dari situs tersebut, unsur yang kerap ditemukan di sekitar kompleks candi masa Hindu-Buddha.
Kondisi artefak kini memprihatinkan karena terjepit akar pohon besar. Situasi ini menyulitkan upaya konservasi formal. Meski begitu, keyakinan warga terhadap kesakralan situs menjadi bentuk pelestarian alami yang tidak bisa diabaikan. “Justru karena dianggap keramat, warga tidak berani merusaknya. Ini menjadi modal penting dalam upaya pelestarian berbasis kearifan lokal,” tambahnya.
Para pegiat budaya pun mendorong pemerintah untuk melakukan dokumentasi, kajian arkeologis, serta upaya konservasi yang lebih serius. Terlebih, dengan hilangnya dua arca penting, pengamanan situs kini menjadi urgensi tersendiri.
Editor : Aini Arifin