GAZA, iNewsSidoarjo - Motaz Azaiza mendapatkan penghargaan Freedom Prize pada sebuah upacara di Caen, Prancis. Penghargaan itu sebagai apresiasi atas karyanya yang mendokumentasikan perang di Gaza.
Menurut penyelenggara di wilayah Normandia, Prancis, Freedom Prize mengundang mereka yang berusia antara 15 dan 25 tahun dari Prancis dan seluruh dunia untuk memilih orang atau organisasi inspiratif yang telah berkomitmen dalam perjuangan kebebasan yang patut dicontoh.
Berbasis di Gaza selama beberapa bulan pertama perang Israel di wilayah Palestina, Azaiza membangun banyak pengikut di media sosial karena laporan video hariannya dan foto-foto serangan pasukan Israel dan penderitaan rakyat Palestina.
Sebelumnya, Reporters Without Borders (RSF) menominasikan jurnalis terkemuka Palestina, yang tanpa kenal lelah melaporkan kejahatan perang Israel yang dilakukan di Gaza, untuk menerima hadiah kebebasan pers dunia yang didambakan UNESCO, Guillermo Cano.
Pengawas kebebasan pers internasional mengatakan dalam siaran pers yang diterbitkan bahwa mereka mendesak UNESCO untuk memberikan Hadiah Kebebasan Pers Dunia Guillermo Cano tahun ini kepada empat warga Palestina.
RSF menambahkan bahwa ini akan menjadi penghormatan yang pantas “atas kerja luar biasa para reporter Gaza sejak 7 Oktober” dikutip dari sindonews.com pada Rabu (5/6/2024).
Sejak saat itu, Israel tidak menunjukkan kata menyerah dalam serangan gencarnya di Jalur Gaza yang terkepung. Kantor Media Gaza melaporkan bahwa setidaknya 124 jurnalis dan pekerja media telah terbunuh sejak 7 Oktober.
Dalam sebuah pernyataan, Sekretaris Jenderal RSF, Christophe Deloire, mengatakan bahwa pencalonan empat jurnalis Palestina adalah untuk memberikan peringatan kepada UNESCO. Deloire menambahkan bahwa “Wartawan Gaza memberikan hidup mereka demi hak atas informasi.
Mereka harus didukung, mereka harus dilindungi, dan mereka harus dihormati.” Para calon yang diajukan termasuk kepala biro Gaza yang gigih di Al Jazeera, Wael Dahdouh. RSF menggambarkan Dahdouh sebagai “contoh utama ketahanan dan pembelaan kebebasan jurnalistik, dia tidak pernah berhenti melaporkan berita, meski kehilangan orang yang dicintainya.” Pada tanggal 7 Januari Al Jazeera menyampaikan berita kematian putra sulungnya, Hamza Al Dahdouh yang berusia 27 tahun, akibat serangan udara Israel yang fatal. Serangan drone yang ditargetkan menghantam kendaraan yang ditumpangi Hamzah dan juga menewaskan rekannya, Mustafa Thuraya.
Editor : Yoyok Agusta Kurniawan