SIDOARJO, iNews.id-Ratusan santri Pesantren Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo mendeklarasikan komitmennya untuk menjunjung tinggi moderasi beragama.
Deklarasi ini dilakukan sebelum mengikuti Focus Group Discussion (FGD) Penguatan Moderasi Beragama di GOR Putra Pesantren Progresif Bumi Shalawat Lebo Kecamatan Sidoarjo, Kamis (23/11/2023).
Dalam deklarasi yang dipimpin oleh ustadz Muhammad Elfat Ibrahim itu, santri Progresif Bumi Shalawat dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab, menyatakan komitmen untuk:
1.Berperan aktif menjaga Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan keutuhan NKRI melalui prinsip moderasi beragama.
2.Mempertahankan rasa persatuan dan kesatuan tanah air, menghormati serta menghargai keberagaman agama sebagai bagian dari identitas bangsa.
3.Menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, persamaan, dan toleransi antar umat beragama untuk menciptakan lingkungan sosial yang harmonis.
4.Menolak segala bentuk ekstremisme dan intoleransi agama yang dapat mengancam keutuhan NKRI.
Staf Ahli Kemasyarakatan Pemprov Jatim Hendro Gunawan yang hadir dalam acara FGD tersebut menyatakan bahwa penanaman moderasi beragama terhadap remaja, generasi muda, sangat penting dilakukan.
"Moderasi beragama ini sangat penting dilakukan. Karena negara kita Indonesia ini multi etnis, agama, ras dan lainnya," ucapnya.
Ia menjelaskan konsep dari moderasi beragama itu menekankan pada sikap saling menghormati dan toleransi di antara kelompok agama yang berbeda.
"Konsep ini mengajarkan bahwa setiap orang memiliki hak untuk memilih dan mengamalkan agamanya masing-masing, tanpa adanya tekanan atau intimidasi dari pihak lain," urainya.
Sementara Ketua JPMBN Jatim H. Hasanudin menambahkan, tujuan moderasi beragama adalah sebagai upaya meminimalisir terjadinya konflik antar agama, dan menjadi harapan dalam upaya-upaya memperbaiki dan menjaga kerukunan umat beragama.
"Dari kegiatan ini santri kami harapkan dapat memaknai Moderasi Beragama sebagai inisiasi untuk mempromosikan harmoni yang berkaitan dengan keagamaan dan menunjukan nilai-nilai saling menghormati, memahami dan kerjasama antara kelompok agama yang berbeda," jelasnya.
Disinggung soal situasi saat ini soal isu tragedi kemanusian Palestina menimbulkan sejumlah gerakan umat beragama, Hasanudin menanggapi konflik Israel terhadap Palestina bukanlah perang soal agama. Ia menegaskan bahwa apa yang terjadi antara Palestina dan Israel menyangkut persoalan kemanusiaan.
"Tentu saja kita sebagai umat beragama juga dapat berkontribusi melalui aksi-aksi peduli dengan badan amal atau sebagainya," pungkas Hasanudin.
Editor : Yoyok Agusta Kurniawan