NGANJUK, iNewsSidoarjo.id - Dugaan temuan cranium manusia purba menghebohkan warga Kabupaten Nganjuk. Temuan tersebut berasal dari kawasan hutan Tritik, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.
Cranium tersebut pertama kali ditemukan oleh seorang anggota komunitas Kotasejuk, Suprianto, saat mencari jamur di sekitar aliran Sungai Tritik beberapa waktu lalu.
Saat itu, Suprianto mendapati fragmen tulang yang mencurigakan di area sungai. Setelah ditemukan, benda tersebut sempat dibawa pulang ke rumah sebelum akhirnya dilaporkan kepada pihak terkait. “Saya bawa pulang terus saya laporkan ke dinas,” ujar Suprianto saat ditemui di kediamannya di Desa Mojorembun, Kecamatan Rejoso, Selasa (30/12/2025).
Selain cranium yang diduga merupakan bagian tengkorak manusia purba, Suprianto juga menemukan sejumlah fragmen lain. Di antaranya bagian yang diduga mata kaki serta beberapa fragmen tulang lainnya. Tak hanya itu, di lokasi yang sama juga ditemukan fosil hewan purba berupa potongan kaki dan tulang panggul gajah purba, serta fragmen kepala yang diduga milik kuda air purba.
Menindaklanjuti temuan tersebut, Dinas Kepemudaan, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Nganjuk melalui bidang kebudayaan melakukan pendataan awal. Salah satu petugas yang menangani adalah Aries Trio Efendi.
Aries menyampaikan bahwa dugaan sementara mengarah pada cranium manusia purba, namun masih memerlukan penelitian lebih lanjut oleh ahli. “Dugaan sementara ini cranium manusia purba. Kita sudah konfirmasi ke Mas Unggul dari Museum Geologi Bandung. Nanti kita akan bersurat ke sana untuk diteliti lebih lanjut,” katanya.
Ia menambahkan, apabila hasil penelitian nantinya membenarkan dugaan tersebut, maka temuan ini akan menjadi yang pertama di Kabupaten Nganjuk. “Semoga saja ini benar manusia purba, dan ini menjadi temuan pertama kali di Nganjuk,” tambahnya.
Saat ini, seluruh temuan fosil tersebut telah diamankan dan dibawa ke Museum Anjuk Ladang, Kabupaten Nganjuk, untuk dilakukan observasi awal sebelum pemeriksaan lanjutan oleh pihak berwenang dan ahli terkait. Pihak Disporabudpar menegaskan, hasil akhir terkait usia dan jenis fosil masih menunggu kajian ilmiah resmi dari lembaga berkompeten.
Editor : Aini Arifin
Artikel Terkait
