SIDOARJO, iNews.id - Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, terus berupaya mewujudkan Sekolah Toleransi yang menyeluruh. Hal ini dibuktikan dengan adanya program "Cinta Budaya Cinta Tanah Air" (CBCTA) yang memasuki gelombang ketiga. Dalam acara "Soft Meeting Waka Kurikulum dan Waka Kesiswaan Menuju Sekolah Toleransi" yang digelar di Fave Hotel, Sidoarjo, Kamis (18/01/24).
M. Amin Hasan, M.Pd, dari UIN Sunan Ampel Surabaya, menekankan bahwa mewujudkan Sekolah Toleransi harus meliputi seluruh ekosistem sekolah.
"Mulai dari Kepala Sekolah, Siswa, bahkan hingga ke tingkat Tukang Kebun," kata Amin Hasan.
Amin menjelaskan, toleransi tidak hanya sebatas ucapan dan administrasi belaka, melainkan harus ditunjukkan melalui ucapan, sikap, dan perbuatan, bahkan juga melalui simbol-simbol.
"Yang namanya kurikulum itu bukan sebatas apa yang diajarkan di dalam kelas, melainkan apa yang dilakukan dan ditunjukkan oleh sikap guru. Busana guru misalnya, itu juga termasuk bagian dari kurikulum karena akan dinilai oleh siswa," ujar Amin.
Dalam acara tersebut, juga hadir Kepala Bidang Peningkatan Mutu Disdikbud Sidoarjo, Dr Netty Lastiningsih, dan Kabid Kebudayaan Disdikbud Kab. Sidoarjo, Kartini, MPd. Netty mengatakan, program CBCTA yang diselenggarakan oleh Komunitas Seni Budaya BrangWetan ini sangat mendukung upaya Pemkab Sidoarjo dalam mewujudkan Sekolah Toleransi.
"Kami sangat mengapresiasi program ini. Kami berharap, semakin banyak sekolah di Sidoarjo yang menjadi Sekolah Toleransi," kata Netty.
Saat ini, program CBCTA sudah melibatkan 50 SMP di Sidoarjo yang terdiri dari 43 SMP Negeri dan 7 SMP swasta serta 5 orang pengawas sekolah.
50 sekolah itulah yang nantinya akan deklarasi Sekolah Toleransi yang direncanakan bulan Mei nanti. Henri Nurcahyo, Project Manager CBCTA #3, mengatakan, Sidoarjo menjadi satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki Sekolah Toleransi pertama kali dan terbanyak.
"Kami berharap, program ini dapat menjadi contoh bagi daerah lain di Indonesia," kata Henri.
Editor : Yoyok Agusta Kurniawan
Artikel Terkait