SUMENEP, iNewsSidoarjo.id – Salah satu kesenian yang menjadi ikon di pulau Madura yakni tari muang sangkal. Kesenian itu berasal dari kabupaten Sumenep dan berfungsi sebagai penolak bala atau menjauhkan dari bahaya.
Seperti dirangkum dari berbagai sumber, secara harfiah muang artinya membuang dan sangkal yakni petaka. Artinya, tarian itu memang dilakukan untuk membuang petaka dalam diri seseorang.
Tari muang sangkal lahir dilatarbelakangi oleh kepedulian seorang seniman Sumenep bernama Taufiqurrachman terhadap kekayaan yang dimiliki Pulau Madura.
Sejak munculnya tari muang sangkal hingga sekarang, sudah melekat sebagai salah satu ikon budaya yang ada di Kabupaten Sumenep. Kemunculan tari muang sangkal tidak terpisahkan dari Keraton Sumenep. Keberadaan Keraton Sumenep telah melahirkan tradisi budaya, baik terkait dengan upacara adat maupun kesenian.
Ciri khas tari muang sangkal gerakan tari muang sangkal tidak jauh berbeda dengan tarian pada umumnya. Pada dasarnya, gerakan tarian muang sangkal seperti gerak-gerak dari Keraton Sumenep yang bertitik tolak dari gaya Yogyakarta.
Gerakan itu dipadukan dengan ciri-ciri yang ada di keraton Sumenep. Akan tetapi, ada beberapa yang menjadi ciri khas, yaitu penarinya harus ganjil, dalam keadaan suci atau perawan serta tidak sedang datang bulang (menstruasi).
Muang Sangkal merupakan dodot legha. Ketika menari memegang cemong (mangkok kuningan) yang berisi beras kuning dan aneka kembang (bunga), seperti kembang melati dan mawar atau daun pandan.
Dikutip dari sindonews.com melalui buku Perempuan dan Kehormatan bagi Masyarakat Madura (2020) karya Dedi Dores Minggu (20/8/2023), dalam pertunjukkan tari Muang Sangkal diawali dengan gerakan cepat. Para penari berjalan beriiringan menuju panggung.
Setelah itu dilanjutkan dengan gerakan yang lebih halus. Saat itu para penari menari sambil membawa cemong atau mangkung kuningan yang berisi kembang beraneka macam dan menaburkannya dengan gerakan yang lembut dan indah.
Pada gerakan tersebut tentunya diselaraskan dengan musik pengiring, yaitu musik Gamelan khas keraton. Di mana gending yang digunakan adalah gending sampak, gending oramba-orambe dan gending lainnya.
Hingga kini, tarian tersebut terus dilestarikan sebagai wujud kesadaran budaya masyarakat Madura. Tari Muang Sangkal adalah identitas senu budaya akan terus tumbuh melewati waktu demi waktu.
Bupati Sumenep, Acmad Fauzi Wongsojudo mengatakan, sesungguhnya, tari muang sangkal mempunyai makna simbolis untuk menolak balak. Para penari biasanya menaburkan beras kuning ketika memperagakan tari itu, sebagai simbol menolak balak.
“Tari Muang Sangkal adalah simbol penolak balak, yang biasanya digelar ketika hajatan atau ada tamu besar yang datang ke Sumenep,” katanya.
Editor : Yoyok Agusta Kurniawan