YOGJAKARTA, iNewsSidoarjo.id – Perjuangan Pangeran Diponegoro dan pasukannya saat melawan penjajah Belanda menarik untuk dikulik. Terutama terkait modal atau biaya selama bertempur yang konon tidaklah murah.
Bahkan penjajah sendiri mengakui, bahwa Perang Jawa menjadi salah satu peperangan yang sulit dan banyak menghabiskan ongkos cukup besar. Konon pasukan Pangeran Diponegoro konsisten melawan Belanda usai mendapat dana dari para pangeran dan priyayi yang juga menyumbangkan berbagai perhiasannya.
Peter Carey pada bukunya "Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro 1785 - 1855" mengisahkan para pangeran dan priyayi ini menyumbangkan emas permata, uang, dan barang berharga lainnya.
Semua sumbangan ini dibawa ke medan perang oleh istri - istri dan putri - putri mereka, suatu sistem pembiayaan perang yang sangat menyentuh yang terulang kembali saat Revolusi Indonesia pada 1945 – 1949 dikutip dari sindonews.com pada Selasa (15/8/2023).
Tak cukup disitu, iring - iringan konvoi Belanda yang membawa logistik perang juga diserang dan hasil rampasan awal ini digunakan untuk membiayai pertempuran - pertempuran awal.
Banyak pengikut pangeran yang berkumpul di Gua Selarong telah siap berperang melengkapi dirinya dengan senjata - senjata tradisional seperti ketapel, gada, dan tombak yang terbuat dari bambu yang diruncingkan alias bambu runcing.
Mereka berdatangan ke Selarong mulai akhir Juli hingga awal Agustus untuk menerima perintah Diponegoro, dan setelah itu langsung pergi menempati pos-pos yang ditentukan bagi mereka.
Editor : Yoyok Agusta Kurniawan
Artikel Terkait