Hal ini membuat dirinya terpaksa memutuskan untuk kembali ke kampung halaman di Kalimantan Barat dan menjadi sopir angkot sebagai pekerjaannya.
Setelah menjadi sopir angkot, dirinya bertemu dengan seorang pengusaha kayu asal Malaysia, Bong Sun (Burhan Uray). Pertemuan itulah Prajogo diajak untuk bergabung di perusahaan milik Bong,yaitu PT Djajanti Group.
Singkat cerita, pada 1976 dirinya ditunjuk sebagai General Manager (GM) Pabrik Plywood Nusantara Gresik, Jawa Timur. Hal ini didapatkan olehnya berkat kerja keras Prajogo selama bekerja kurang lebih tujuh tahun.
Tak merasa puas, Prajogo justru memutuskan keluar dari tempat kerjanya itu dan memilih untuk mendirikan perusahaan sendiri, bernama CV Pacific Lumber Coy.
Kemudian nama perusahaannya diubah menjadi PT Barito Pacific Timber. Pada tahun 1993 perusahaan itu mulai dikenal oleh masyarakat luas, bahkan bisnisnya pernah bekerja sama dengan anak-anak Presiden Soeharto kala itu.
Kemudian pada tahun 2007, perusahaan itu berganti nama menjadi Barito Pacifik. Di tahun yang sama dia juga mengakuisisi 70% perusahaan petrokimia, Chandra Asri, yang membuat kekayaan dirinya semakin melimpah.
Setelah mengakuisisi dan memutuskan untuk mendiri perusahaan perusahaan petrokimia, Prajogo juga mendapatkan penghargaan dari Presiden Jokowi pada Agustus 2019 lalu.
Dia mendapatkan penghargaan Bintang Jasa Utama atas dedikasi yang diberikan terhadap Industri Petrokimia dan Panas Bumi. iNewsSidoarjo
Editor : Yoyok Agusta Kurniawan
Artikel Terkait