Pada pertengahan 1972, Maulwi tiba-tiba diperintahkan petugas untuk keluar dari sel dan diperintahkan naik ke sebuah mobil. Tanpa banyak tanya, Maulwi pun mengikuti perintah yang ditujukan kepadanya tanpa mengetahui apa yang bakal terjadi. Dalam perjalanan, Maulwi baru mengetahui jika dirinya telah bebas.
“Ternyata itu hari kebebasan. Sudah begitu aja,” kenang Maulwi.
Setelah lima tahun menjalani masa tahanan sejak 1967, Maulwi akhirnya bisa menghirup udara bebas. Meski demikian, Maulwi tidak serta merta mendapatkan kebebasannya.
Aparat tetap mewajibkan Maulwi mendatangi kantor CPM dan meminta surat keterangan resmi agar tidak dicap sebagai PKI. Tidak hanya itu, Maulwi juga tidak mendapatkan gaji atau pensiunannya sebagai tentara.
Nasib Maulwi mulai berubah setelah bertemu dengan ulama besar Buya Hamka, yang dahulu berseberangan dengan Soekarno. Saat itu, Buya memercayai Maulwi untuk membantu mengurus sekolah di Kebayoran Baru. Maulwi pun berhasil membayar kepercayaan itu.
Kepercayaannya kepada Maulwi, membuat Buya Hamka mengangkatnya menjadi anak angkat. Buya Hamka pun tak mempermasalahkan kedekatan Maulwi dengan Soekarno yang merupakan seteru politiknya.
Kehidupan Maulwi pun mulai kembali normal, seiring dengan perjalanan waktu. Maulwi meninggal dunia pada Senin, 10 Oktober 2016 di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta Selatan. iNewsSidoarjo
Editor : Yoyok Agusta Kurniawan
Artikel Terkait