Berontak seperti yang dikhawatirkan jurnalis yang bertanya pada Ameca. Thomas Telving, penulis buku Killing Sophia - Consciousness, Empathy and Reason in the Age of Intelligent Robots mengatakan interaksi manusia dengan robot humanoid akan sangat berbahaya karena akan mengubah persepsi manusia akan robot.
Bisa jadi manusia akan melihat robot memiliki kepribadian dan kesadaran. “Ketika robot humanoid bergerak ke masyarakat dalam skala besar, banyak dari kita akan cenderung percaya bahwa mereka layak diperlakukan secara moral dan sampai tingkat tertentu diberikan hak yang serupa dengan hak asasi manusia,” ujarnya.
Dilema itu yang akhirnya menjadi tanda tanya besar apakah memang robot humanoid ke depannya layak diperlakukan secara moral dan layak diperlakukan seperti manusia.
Apalagi jika nanti, layaknya hubungan manusia yang selalu ada konflik, robot humanoid menurut Thomas Telving bisa saja mengalami benturan dengan manusia.
CEO Tesla Elon Musk pada 2017 melalui akun Twitter resmi miliknya bahkan pernah juga mengutarakan kekhawatiran yang sama. Saat itu dia mengatakan jika tidak dipantau maka kecerdasan buatan pada robot akan jadi tanda-tanda kiamat.
“China, Rusia dan semua negara yang memiliki sains computer yang kuat bakal bersaing untuk superioritas Kecerdasan Buatan pada tingkat nasional. Ini bisa menjadi penyebab Perang Dunia Ketiga, menurut pendapat saya,” cuit Elon Musk.
Hanya saja Elon Musk justru saat ini juga ikut membuat robot humanoid. Namun dia sudah wanti-wanti bahwa robot yang dia buat hanya akan membantu manusia bukan berontak melawan manusia. iNewsSidoarjo
Editor : Nanang Ichwan
Artikel Terkait