PORT-AU-PRINCE, iNews.id -Sebanyak delapan warga Turki diculik saat berada dalam bus di ibu kota Negara Haiti, Port-au-Prince. Diduga, mereka diculik oleh gerombolan kriminal.
Konsul Kehormatan Turki di Haiti, Hugues Josue pada Senin (9/5/2022) mengnyatakan, para korban telah naik bus di negara tetangga Republik Dominika.
Mereka diculik di lingkungan Croix-des-Bouquets, Port-au-Prince pada hari Minggu (8/5/2022) sore.
"Para korban Mereka yang diculik terdiri atas lima pria dan tiga wanita," katanya.
Josue mengaku tidak memiliki rincian tentang permintaan tebusan. Belum ada informasi lain yang tersedia.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu mengatakan, sebuah tim krisis telah dibentuk di Haiti.
Turki mengikuti masalah ini dengan cermat. "Mereka diduga telah diculik untuk tebusan," kata Cavusoglu.
Croix-des-Bouquets dikendalikan oleh geng 400 Mawozo, yang menculik 17 anggota kelompok misionaris yang berbasis di AS di daerah yang sama Oktober lalu. Geng menuntut uang tebusan 1 juta dolar AS dan menahan sebagian besar dari mereka sampai Desember.
Seorang diplomat dari Republik Dominika diculik di lingkungan yang sama awal bulan ini dan kemudian dibebaskan.
Pekan lalu, Kepolisian Nasional Haiti mengumumkan, salah satu pemimpin tertinggi geng 400 Mawozo, Germine Joly, diekstradisi ke AS.
Dia menghadapi dakwaan yang melibatkan penculikan, penyelundupan, dan impor senjata perang.
Kekerasan dan ketidaksetaraan telah mendorong warga Haiti untuk mengorganisir protes untuk menuntut lingkungan yang lebih aman.
Kekerasan geng telah memaksa puluhan sekolah dan bisnis tutup dalam beberapa pekan terakhir. Ribuan keluarga terpaksa mengungsi.
Banyak dari mereka mencari perlindungan sementara di sekolah dan tempat penampungan. Kelompok bantuan mencatat kebutuhan mendesak akan makanan dan barang-barang termasuk selimut dan kasur.
PPB mencatat sedikitnya 75 orang telah tewas dalam bentrokan geng terbaru, termasuk perempuan dan anak-anak, dan lebih dari 65 terluka.
Badan internasiona tersebut juga mencatat pemerkosaan beramai-ramai terhadap anak-anak berusia 10 tahun. Kekerasan telah sangat membatasi perjalanan dari ibukota ke wilayah utara dan selatan Haiti.inewssidoarjo
Editor : Yoyok Agusta Kurniawan