Harmoni Abadi di Lereng Penanggungan, Ribuan Warga Saksikan Ruwat Agung Petirtaan Jolotundo
Di bawah langit terbuka, seorang dalang membawakan lakon penuh petuah, membius antusiasme penonton dari berbagai daerah. Tak hanya masyarakat Mojokerto, Ruwat Agung Petirtaan Jolotundo juga berhasil menarik partisipasi komunitas budaya dari berbagai daerah seperti Jombang, Malang, Gresik, Sidoarjo, hingga Surabaya. "Mereka hadir bukan hanya sebagai tamu, tetapi sebagai bagian dari upaya kolektif menjaga warisan budaya," imbuh Romo Mukade.
Di era modernisasi yang serbacepat ini, kegiatan seperti Ruwat Agung menjadi spirit spiritual dan budaya yang penting. Ia tak hanya mengajarkan nilai-nilai kebijaksanaan yang bersumber dari alam dan leluhur, tetapi juga mengajak masyarakat untuk tetap terhubung dengan akar peradaban. "Selama air Jolotundo masih mengalir dari batu-batu tuanya, dan doa masih dilantunkan di tengah kesunyian pegunungan, tradisi ini diyakini akan terus hidup, diwariskan dari generasi ke generasi," harap Romo Mukade.
Petirtaan Jolotundo, yang berlokasi strategis di Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, dapat dijangkau sekitar dua jam perjalanan dari Surabaya. Selain sebagai destinasi wisata sejarah, kawasan ini juga dikenal luas sebagai lokasi ritual dan meditasi spiritual yang menenangkan.
Editor : Yoyok Agusta Kurniawan