JAKARTA, iNewsSidoarjo.id – Bicara soal Saranjana seolah tidak ada habisnya. Daerah pegunungan yang disebut-sebut lokasi berdirinya kota gaib tak kasat mata itu masih menyimpan banyak misteri yang belum terkuak dan memantik rasa penasaran. Meski masih banyak yang menyangsikan keberadaannya, namun ada saja kesaksian dari warga sekitar Desa Oka-Oka, Kecamatan Pulau Laut Kepulauan, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan yang mengaku pernah memasuki kota mewah dengan peradaban jauh lebih maju dari manusia itu.
Salah satunya dialami oleh seorang wanita bernama Siti Aras Abadi atau yang akrab disapa Ibu Aras. Ia mengaku punya pengalaman mistis berhasil masuk ke Kota Saranjana. Kisahnya itu bermula saat dirinya masih berumur sekitar 14 tahun sedang bermain loncat tali di belakang sekolah yang disebut-sebut sebagai permukiman orang gaib atau orang limun.
Selang beberapa waktu, salah satu teman Aras terlihat seperti kesurupan dan suasana di sekitar berubah menjadi aneh. Teman tersebut mengajaknya untuk berjalan dan bertemulah mereka dengan seorang perempuan muda misterius.
Perempuan yang ditemuinya itu diketahui bernama Nurhayati. Nurhayati berparas cantik dengan rambut dikepang dua agak keriting. Mereka melakukan perjalanan, namun bukanlah jalan seperti biasa di wilayah Tanjung Lalak, Kalimantan Selatan.
Dalam perjalanan pun mereka bertemu dengan orang-orang yang belum pernah mereka temui sebelumnya. Jika diperhatikan, orang-orang di sana seperti manusia pada umumnya, namun memiliki perbedaan mencolok pada bentuk jari tangan yang rata.
Jari tangannya tidak ada panjang-pendek dan tidak memiliki garis lekukan di antara bibir dan hidung (filtrum). Sampai di sana, mereka disuguhkan makanan dan minuman. Namun, seorang laki-laki tua melarang untuk menyantap hidangan itu.
“Nak, tolong jangan dimakan makanannya. Kalau sampai kamu memakan makanan itu, maka kamu akan tinggal di sini selamanya,” ucap lelaki tua berpenampilan seperti pak haji, dikutip dari okzone.com pada Jumat (15/12/2023).
Adapun kejadian semasa ia mengajar di Madrasah Tsanawiyah (MTs), yang mana ada seorang siswa kesurupan dan setiap ditanya jawaban yang keluar selalu sama.
“Kenapa Ibu tidak memperhatikan saya? Saya ini mau ikut belajar. Saya ada di sekitar Ibu dan mau belajar sama orang yang ada di sini, dan hanya orang ini yang mau berteman dengan saya,” ucap makhluk halus yang merasuki siswa tersebut.
Peristiwa janggal lainnya yang dialami Aras yaitu ketika ada pertandingan bulu tangkis di Pulau Laut Barat. Ada nama dua siswa yang mendaftar di sana, padahal sekolah tempatnya mengajar hanya mengirim pelaksanaan seleksi di Kabupaten Kotabaru.
Wanita berkacamata ini meyakin bahwa nama yang terdaftar adalah siswa yang kesurupan dan makhluk halus yang masuk ke tubuh siswa itu. Menurut pengakuan Aras, orang-orang dari Saranjana ini sebenarnya sama seperti manusia yang memiliki sisi baik dan buruk.
Jadi, apabila mereka melakukan hal yang jahat berarti kesalahan itu terletak pada diri sendiri. Sontak hal tersebut membuat Aras dan temannya ketakutan hingga menangis meminta pulang.
Perempuan cantik yang dijumpai saat melakukan perjalanan di awal tadi lantas mengantar mereka pulang. Dalam sekejap Aras dan temannya sudah berada di tempat semula entah bagaimana caranya.
Semenjak kejadian itu, hingga lima tahun Bu Aras bisa merasakan kedatangan orang-orang dari Saranjana. Bahkan, ketika ikut ke kebun bersama neneknya kerap berjumpa dengan orang Saranjana. Terkadang bertemu di jalan atau malam-malam datang.
“Saya sering melihat kadang ada tiga atau empat orang, tetapi saat berpapasan hilang begitu saja dan tidak ada orang lain juga yang melihatnya,” tutur Aras dalam sebuah perbincangan yang dikutip dari channel YouTube Burhan Nahrub Official.
Kejadian-kejadian di luar nalar pun terus dirasakan Bu Aras. Suatu ketika keponakannya menginap, ia melihat ada orang di luar rumah. Begitu ditengok, orang itu sangat tinggi hingga yang tampak hanya bagian kaki sampai lutut saja.
Hal tersebut jelas bukan mencirikan manusia biasa. Belakangan ini wanita paruh baya itu tidak lagi bertemu dengan makhluk dari kota gaib yang menganut sistem kerajaan itu. Ia pun berpendapat bahwa hanya orang-orang terpilih yang bisa terus menjalin komunikasi dengan penduduk Saranjana. Namun, bukan dialah orangnya.
“Orang yang bisa terus berkomunikasi dengan mereka itu memiliki tanda kunci seperti batu atau lainnya yang mengikat,” tutup Aras.
Hingga saat ini, orang-orang di Saranjana masih belum bisa didefinisikan sebagai jin atau lainnya. Namun, yang pasti mereka makhluk tak kasat mata yang wujudnya sama seperti manusia (orang limun) meski ada beberapa perbedaan ciri fisik yang cukup mencolok. iNewsSidoarjo
Editor : Yoyok Agusta Kurniawan