JALUR GAZA, iNewsSidoarjo.id – Beberapa anak di Jalur Gaza menjalani amputasi tanpa anestesi karena kekurangan dana dan stok medis. Adapun anak-anak yang lain berada di ambang kelaparan. Kondisi mengerikan itu diungkap perwakilan dari organisasi kemanusiaan Save the Children.
Sebelumnya, Sesi Khusus Dewan Eksekutif Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) diadakan atas permintaan 17 negara anggota untuk membahas situasi kemanusiaan di Jalur Gaza. Diketahui jika pada tanggal 7 Oktober, gerakan Palestina Hamas melancarkan serangan terhadap Israel dari Jalur Gaza sebagai pembalasan atas kekejaman yang dilakukan Israel dan penyerbuan Masjid Al-Aqsa.
Rezim kolonial Israel kemudian menyerbu Jalur Gaza dan memerintahkan blokade total terhadap Gaza, memutus pasokan air, makanan, medis, dan bahan bakar. Menyikapi keadaan tersebut, seluruh 34 negara anggota Dewan Eksekutif WHO, termasuk Amerika Serikat, menyetujui resolusi mengenai Gaza yang menyerukan pengiriman bantuan kemanusiaan tanpa hambatan ke daerah kantong tersebut dan evakuasi orang-orang yang terluka, dikutip dari sindonews.com pada Senin (11/12/2023).
Pada saat yang sama, perwakilan dari Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan pada sesi tersebut bahwa organisasi tersebut masih beroperasi di Gaza, namun berada di ambang kehancuran, karena lebih dari 134 staf UNRWA telah terbunuh di daerah kantong itu sejak 7 Oktober.
Kemudian, sejak tanggal 27 Oktober, Israel melancarkan serangan darat ke Jalur Gaza. Serangan barbar Israel telah membunuh lebih dari 18.000 warga Palestina.
Pada tanggal 24 November, Qatar memediasi kesepakatan antara Israel dan Hamas mengenai jeda kemanusiaan sementara dan pertukaran beberapa tahanan dan sandera, serta pengiriman bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
Gencatan senjata diperpanjang beberapa kali dan berakhir pada 1 Desember. iNewsSidoarjo
Editor : Yoyok Agusta Kurniawan