Suprianto merasa takjub dan menduga benda itu bukan batuan biasa. Ia pun bermaksud membawa pulang, dengan dibantu seorang rekannya bernama Mulyono (45).
"Karena lokasi temuan dengan jalan terlalu jauh, agar bisa dibawa pulang, saya dibantu teman menggelindingkan dan mendorong batu itu pelan-pelan," ujar Suprianto.
Suprianto dibantu Mulyono menggelindingkan batu tersebut sejauh sekitar 1 kilometer, hingga bisa diangkut menggunakan motor. Lebih lanjut, Suprianto yang juga aktivis Komunitas Pecinta Sejarah dan Ekologi Nganjuk (Kotasejuk) itu mengaku, ia juga sempat melakukan percobaan dengan mendekatkan magnet pada lapisan batu hitam tersebut.
Hasilnya, menurut Suprianto ternyata punya daya tarik kuat layaknya logam atau besi. Temuan tersebut belakangan dilaporkan Dinas Porabudpar Kabupaten Nganjuk. Petugas Dinas Porabudpar Nganjuk, Amin Fuadi, baru-baru ini juga sudah mendatangi rumah Suprianto untuk mengecek secara langsung.
"Diduga kuat merupakan batu meteorit. Pada batu itu terlihat adanya sisa gesekan udara yang sangat jelas. Sebelum sampai ke bumi itu terjadi gesekan udara dan kebakaran saat melewati atmosfer," ungkap Amin, Sabtu (8/7/2023).
Ia juga meakukan pengecekan awal dengan mendekatkannya pada magnet.
“Magnet dapat menempel di sisi tertentu dari kedua batu tersebut,” imbuhnya.
Lebih lanjut menurut Amin, untuk dapat membuktikan apakah kedua benda tersebut benar-benar batu meteorit, pihaknya akan berkoordinasi dengan pihak berkompeten.
"Yang bisa memastikan adalah tim ahli geologi, bisa dari Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran maupun dari Museum Geologi Bandung," pungkas Amin Fuadi.
Editor : Yoyok Agusta Kurniawan