JAKARTA, iNewsSidoarjo.id - Drone mata-mata MQ-9 Reaper Amerika Serikat (AS) jatuh di Laut Hitam pada Selasa (14/3/2023). Insiden tersebut semakin membuat panas hubungan AS dengan Rusia. Pihak Paman Sam melalui Departemen Pertahanan AS (Pentagon) menuduh Rusia menggunakan jet tempur Su-27 untuk mencegat drone tersebut di wilayah udara internasional hingga jatuh ke Laut Hitam.
Insiden itu menandai pertama kalinya pesawat militer Rusia dan AS kontak fisik langsung sejak invasi ke Ukraina pada 24 Februari 2022. Drone MQ-9 Reaper sendiri merupakan drone berukuran besar yang dioperasikan dari jarak jauh oleh dua orang, terdiri atas seorang pilot serta satu operator yang mengoperasikan sensor hingga memandu senjata.
Melangsir dari iNews.id Drone yang diproduksi General Atomics Aeronautical Systems ini mempunyai panjang 11 meter dengan bentang sayap lebih dari 22 meter.
AS memberi nomor registrasi drone ini sebagai MQ-9 dengan M berarti multiperan, Q berarti sistem pesawat yang dikemudikan dari jarak jauh, sementara angka 9 mengacu pada serangkaian uji pesawat dari jarak jauh. Angkatan Udara (AU) AS menjelaskan peran utama drone ini adalah untuk mengumpulkan data intelijen.
Selain itu, drone juga mempunyai kemampuan unik untuk melakukan serangan presisi pada target bernilai tinggi. Drone ini mampu membawa 16 rudal Hellfire setara dengan kapasitas muatan helikopter serang Apache.
Selain mampu terbang di ketinggian 50.000 kaki atau sekitar 15.200 meter, MQ-9 Reaper bisa bermanuver di atas target selama 24 jam nonstop, sehingga sangat diandalkan menjalankan misi pengawasan.
MQ-9 Reaper memiliki total waktu terbang 325.000 jam pada 2018 untuk AU AS, 91 persen di antaranya guna mendukung operasi tempur. Pesawat tanpa awak ini dioperasikan pertama kali pada 2007 menggantikan drone Predator.
Data pabrikan mengungkap MQ-9 Reaper mampu terbang dengan kecepatan maksimum 440 km per jam serta dapat membawa sekitar 1,8 ton bahan bakar sehingga cocok untuk misi panjang.
General Atomics menyatakan, MQ-9 Reaper juga menunjukkan kemampuan dalam pertempuran udara-udara. Drone ini juga dilengkapi dengan Selt Protect Pod yang mampu mengidentifikasi potensi ancaman hingga melawannya. Sejauh ini, AS merupakan pembeli terbesar drone Reaper.
US Congressional Research Service menyebut, AU AS telah menggunakan 366 unit MQ-9 Reaper sejak 2007. Negara sekutu AS seperti Inggris, Prancis, Italia, Spanyol, India, Jepang, dan Belanda juga telah mengoperasikan drone MQ-9 Reaper. Melansir media India, Economictimes, drone MQ-9 Reaper memiliki harga yang fantastis, yakni 32 juta dolar AS atau sekitar Rp491 miliar per unit. iNewsSidoarjo
Editor : Yoyok Agusta Kurniawan