Lebih lanjut, Riskiyani mengungkapkan bahwa kegiatan ini melibatkan kolaborasi antar jenjang kelas. Siswa kelas 10 berperan sebagai event organizer, bertanggung jawab dalam menyiapkan segala kebutuhan acara. "Harapan paling utama, anak-anak bisa bekerja sama antara jenjang. Kelas per kelas terjalin komunikasi yang baik. Dan lebih mencintai budaya lokal ketimbang budaya asing," imbuhnya.
Muhammad Azhar Shouma Pratignyo, siswa kelas XI5 yang terlibat dalam pementasan ritual desa, mengaku mendapatkan banyak pengalaman baru. "Awalnya kita tidak tahu apa itu ritual desa, kita cari tahu. Ternyata ritual desa berbeda setiap desa, termasuk soal tumpeng. Dalam prosesnya, kita sampai sewa baju dari jauh dan latihan selama dua setengah bulan. Senang sekali bisa berpartisipasi dalam P5 ini," ungkapnya.
Kehadiran siswa internasional dalam acara ini pun memberikan warna tersendiri. Azza Azila, siswi kelas XI5 asal Malaysia, mengaku terkesan dengan kekayaan budaya Indonesia yang baru pertama kali ia saksikan. "Kaget dengan ritual-ritualnya karena tidak ada ritual seperti itu di tempat saya. Banyak pengetahuan baru yang sebelumnya tidak saya ketahui," katanya dengan nada kagum
Editor : Yoyok Agusta Kurniawan
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.