Rencana Trump Ambil Alih Jalur Gaza, Picu Perang Besar di Timur Tengah

Andika Hendra Mustaqim
Rencana Donald Trump mencaplok Gaza bisa memicu perang besar di Timur Tengah. Foto/X/@AdameMedia

GAZA, iNewsSidoarjo.id - Pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, di mana presiden yang baru dilantik untuk periode kedua itu menyarankan pengambilalihan Gaza oleh AS, disambut dengan kritik luas oleh banyak pengamat. "AS akan mengambil alih Jalur Gaza, dan kami juga akan melakukannya," kata Trump kepada wartawan dalam konferensi pers bersama dengan Netanyahu, dikutip dari sindonews.com pada Rabu (5/2/2025).

Ia mengklaim bahwa lapangan kerja yang akan diciptakannya akan memberikan dorongan ekonomi, dan ia bersikeras bahwa hal itu akan disambut hangat di seluruh wilayah. Ia telah mengulangi klaim ini selama beberapa bulan terakhir, termasuk selama kampanye presidennya. "Kami akan mengembangkannya, menciptakan ribuan dan ribuan lapangan kerja, dan itu akan menjadi sesuatu yang dapat dibanggakan oleh seluruh Timur Tengah," kata Trump, yang tampaknya memanfaatkan latar belakangnya di bidang real estat.

"Kami akan memilikinya dan bertanggung jawab untuk membongkar semua bom berbahaya yang belum meledak dan senjata lainnya di lokasi tersebut. Saya melihat posisi kepemilikan jangka panjang dan saya melihatnya membawa stabilitas yang besar ke bagian Timur Tengah tersebut," kata Trump.

Usulan Trump akan mengakibatkan pemindahan massal lebih dari dua juta warga Gaza, yang akan dipindahkan ke Mesir dan Yordania, yang para pemimpinnya akan mengunjungi Washington akhir bulan ini. Dalam menjawab pertanyaan kepada wartawan, ia tidak mengesampingkan kemungkinan AS menggunakan kekuatan militer untuk melaksanakan rencananya. Pemindahan paksa warga Palestina ke negara-negara tetangga, yang mengingatkan pada pengusiran di era kolonial, akan menjadi tindakan ilegal dan ditentang luas oleh masyarakat dan para pemimpin dunia.

"Ini menjijikkan sekaligus berbahaya," kata James Zogby, seorang pencatat jajak pendapat veteran dan presiden Arab American Institute, kepada The New Arab.

"Ini menjijikkan karena benar-benar melanggar hak-hak rakyat. Ini mengabaikan kemanusiaan mereka dan memperlakukan mereka sebagai pion, yang telah terjadi pada mereka selama seratus tahun terakhir," tambahnya.

"Bagi Trump untuk menempatkan kami [orang Amerika] dalam peran ini benar-benar berbahaya. Orang-orang Palestina tidak akan pergi. Mereka bisa saja dipaksa keluar, tetapi itu akan menjadi skenario mimpi buruk," katanya.

Editor : Yoyok Agusta Kurniawan

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network