Peringatan Hari Pers Nasional 9 Februari, Ini yang Dikatakan Ketua Umum IJTI

Yoyok Agusta
Ketua Umum IJTI Herik Kurniawan saat melakukan suatu kegiatan beberapa waktu lalu. (Foto: ist)

Sidoarjo, iNEWSSIDOARJO.ID - Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) menolak peringatan Hari Pers Nasional (HPN) yang jatuh pada 09 Februari. Ketua Umum IJTI Herik Kurniawan menegaskan posisi IJTI untuk meminta pada stakeholder (pemangku kepentingan) mengganti tanggal dan bulan HPN.

Herik menegaskan, bahwa tanggal dan bulan yang digunakan sebagai peringatan HPN sudah tidak relevan lagi. “Salah satu alasan ketidaksepakatan adalah 9 Februari dianggap kurang mencerminkan esensi kebebasan dan perjuangan pers di Indonesia,” ungkap Herik.

Herik beralasan ketidaksepakatan tanggal dan bulan HPN sebagai berikut:

1. Harusnya pemilihan tanggal HPN relevan dan reflektif terhadap sejarah kebebasan pers. Jadi bisa menjadi momentum penting komunitas jurnalis. 2. Penetapan HPN pada tanggal 9 Februari seolah-olah mengabaikan kontribusi organisasi pers lain di Indonesia yang juga berjuang untuk kebebasan pers.

3. Tidak ada peristiwa monumental dalam perjuangan kebebasan pers yang terjadi pada tanggal 9 Februari. Harusnya dipilih tanggal-tanggal sebagai seperti 23 September (Hari Lahir Surat Kabar "Medan Prijaji" pada 1907) atau 8 Juni (Hari Terbitnya Surat Kabar "Soeara Rakjat" pada 1903) dianggap lebih merepresentasikan tonggak sejarah pers Indonesia, 3 Mei (Hari Pers Sedunia_ atau yang kemarin disepakati 10 konstituen dipilih pada hari lahir UU Pers No 40/1999.

4. HPN yang dirayakan pada 9 Februari sering dianggap kurang mencerminkan semangat reformasi pers yang diperjuangkan pasca jatuhnya Orde Baru. Seharusnya HPN merefleksikan kebebasan, independensi, dan perjuangan pers melawan kontrol pemerintah. 5. HPN seharusnya tidak sekadar seremonial, tetapi menjadi momen untuk merefleksikan situasi kebebasan pers dan tantangan yang dihadapi.

Tanggal 9 Februari dinilai lebih berfokus pada kepentingan simbolik daripada substansi perjuangan pers. “Kita menghargai peristiwa besar yang dihadiri 180 orang yang susah payah datang dari berbagai daerah dan dari negeri lain seperti Kongres di Surakarta. Tentu saja peristiwa itu harus dihargai,” ungkapnya.

Editor : Yoyok Agusta Kurniawan

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network